Pemilihan umum yang diikuti jutaan warga Irak itu tergolong berhasil walau di dua provinsi di utara terjadi serangan bersenjata yang menewaskan 14 orang. Tercatat, sebanyak 60 persen dari 22 juta pemilih ikut berpartisipasi.
Dilaporkan, pemilu yang dipuji oleh Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu berlangsung di bawah penjagaan yang sangat ketat.
PM Al-Maliki, dari kelompok Syiah, bangga akan keberhasilan tersebut karena pemilu tiga hari lalu itu berlangsung tanpa kehadiran pasukan asing. Pasukan AS meninggalkan Irak akhir 2011. Hasil tersebut sedikit di bawah pencapaian pemilu sebelumnya, 2010, yang diikuti 62 persen dari pemilih. Dalam pemilu Irak, lebih dari 276 kelompok politik dengan 9.000 calon memperebutkan 328 kursi parlemen.
Al-Maliki harus dapat merangkul kubu Syiah yang berseberangan, kelompok Sunni, dan Kurdi yang menentang kepemimpinannya. Dalam kaitan itulah, besarnya kemenangan yang diperoleh Al-Maliki akan sangat menentukan. Besarnya kemenangan yang diperoleh Al-Maliki dalam pemilu menunjukkan pula besarnya dukungan dari warga Irak terhadap dirinya.
Di Hotel Rashid, Baghdad, seusai memberikan suaranya dalam pemilu, Al-Maliki mengatakan, mereka sukses menggelar pemilu tanpa kehadiran tentara asing. Karena itu, ia mengajak kelompok-kelompok lain melupakan masa lalu dan memulai hubungan baik yang bersahabat.
Namun, kecil kemungkinan ajakan tersebut akan direspons secara positif, mengingat selama delapan tahun memerintah Irak, Al-Maliki menjalankan kebijakan yang menindas lawan politiknya. "Kami tidak akan bersekutu dengan PM saat ini, apa pun kondisinya," kata Osama al-Nujaifi, ketua parlemen yang berasal dari kelompok Sunni yang menjadi pesaing Al-Maliki.
Persaingan tajam di antara kelompok-kelompok di Irak menjadikan penyusunan pemerintahan baru tidak pernah mudah. Apalagi ada kesepakatan tidak tertulis tentang jabatan presiden yang biasanya diisi kelompok Kurdi, PM diisi Syiah, dan ketua parlemen diisi Sunni.
Biasanya diperlukan waktu berbulan-bulan untuk menemukan keseimbangan antara kelompok Syiah, Sunni, dan Kurdi. Bahkan, diperlukan waktu sampai 10 bulan untuk membentuk pemerintahan baru setelah Pemilu 2010. Dalam kaitan inilah, besarnya kemenangan yang diperoleh partai Al-Maliki sangatlah menentukan. Sebab, besarnya kemenangan tersebut akan meningkatkan daya tawar Al-Maliki dalam menghadapi kelompok-kelompok lain.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006397423
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar