Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 17 Juli 2014

TAJUK RENCANA: Bayangan Gelap Libya (Kompas)

APAKAH Libya akan mampu mengatasi persoalan berat yang sekarang ini dihadapi atau justru terpuruk lagi dalam perang saudara?
Pertanyaan tersebut membayangi Libya saat ini. Dapat dikatakan, di antara negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah yang sejak tahun 2011 disapu angin revolusi, Libya dapat dikatakan masih harus berjuang keras. Tentu, selain Suriah, yang hingga kini masih dibelit perang saudara bahkan perang sektarian, yang telah menelan korban jiwa demikian banyak.

Runtuhnya rezim Moammar Khadafy, 2011, yang ditandai dengan tewasnya orang nomor satu di Libya sejak 1969 itu, ibarat kata seperti membuka kotak pandora. Hilangnya Khadafy dan kekuasaannya ternyata tidak serta-merta melahirkan fajar baru bagi Libya, tidak serta-merta memberikan kedamaian dan perdamaian bagi rakyat Libya, tidak serta-merta melahirkan pemerintahan yang demokratis, yang memberikan rasa aman, rasa keadilan, dan rasa kebebasan kepada rakyatnya. Yang terjadi justru sebaliknya.

Khadafy memang telah tiada. Akan tetapi, kelompok-kelompok perlawanan bersenjata yang sebelumnya melawan Khadafy tidak bisa bersepakat, dan membentuk pemerintah nasional bersatu. Pemerintah sementara yang dibentuk pun tidak mampu melucuti senjata yang dipegang kelompok-kelompok bersenjata. Kelompok-kelompok ini justru menjelma menjadi milisi-milisi bersenjata dengan mengusung agenda dan ideologi masing-masing, memerangi pemerintah, dan juga berperang di antara mereka sendiri.

Peristiwa terakhir yang terjadi hari Minggu lalu, penyerangan dan pertempuran di Bandara Tripoli antara milisi pendukung pemerintah dan milisi, memberikan gambaran yang terang tentang krisis Libya saat ini. Menurut berita yang tersiar, 90 pesawat yang dimiliki Pemerintah Libya hancur digempur milisi. Pemerintah Libya tak mampu berbuat banyak, bahkan meminta bantuan internasional. Keluarnya misi PBB dari Libya juga memberikan gambaran yang jelas tentang memburuknya situasi di negeri itu.

Banyak persoalan yang membelit negeri itu, selain masih banyak milisi bersenjata yang tidak tunduk pada pemerintah sementara dan tetap memegang senjata, masalah lemahnya pemerintah, semakin memburuknya perekonomian, belum siap dan matangnya lembaga-lembaga politik, dan juga perebutan sumber-sumber minyak di negeri itu di antara milisi.

Karena itu, jika tidak tumbuh rasa kebersatuan, sebagai sama-sama anak bangsa Libya yang peduli pada masa depan negerinya, cepat atau lambat negeri di tanduk Afrika itu akan hancur. Gambaran gelap itu kini semakin membayang.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007888147
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger