Lontaran pertanyaan itu tetap terdengar keras sampai sehari menjelang proses pemungutan suara yang dilaksanakan hari Rabu, 9 Juli, ini. Jelas sekali, warga masyarakat menginginkan pemilu tenang, damai, dan penuh keceriaan sebagai sebuah pesta demokrasi.
Harapan pemilu damai dan tenang tidaklah berlebihan. Terutama karena harapan pemilu damai tidak semata muncul dari balik kecemasan, tetapi juga secara normatif penciptaan situasi damai merupakan keniscayaan bagi proses demokrasi dan kehidupan pada umumnya.
Selama era Reformasi, bangsa Indonesia mampu menyelenggarakan serangkaian pemilihan legislatif serta presiden-wapres dengan aman dan damai. Kampanye dan Pemilu Legislatif 2014 juga berlangsung tenang. Begitu pula dengan kampanye pemilihan presiden-wapres 2014.
Dengan kemampuan menyelenggarakan berbagai kampanye dan pemilu secara damai, muncul harapan dan keyakinan, pelaksanaan pemilihan presiden-wapres 2014 dapat berlangsung aman, damai, tanpa kecurangan. Sungguh konyol jika reputasi dalam kehidupan berdemokrasi dirusak, yang dapat berimplikasi buruk terhadap berbagai aspek kehidupan lain dan merusak citra bangsa.
Terlihat jelas kegairahan warga masyarakat dalam mengikuti kampanye dan pemilihan presiden-wapres 2014. Sungguh menjadi tantangan, apakah bangsa Indonesia mampu menciptakan suasana kondusif dalam menyukseskan pemilihan presiden-wapres. Lebih-lebih karena pemungutan suara hari Rabu, 9 Juli, ini tidak hanya penting bagi pemilihan presiden-wapres, tetapi juga menguji komitmen bangsa dalam menumbuhkan budaya demokrasi.
Pemilihan presiden-wapres tidak hanya penting untuk proses seleksi pemimpin nasional, tetapi sekaligus menjadi momentum untuk menakar peningkatan kualitas kehidupan demokrasi. Kualitas demokrasi tidak hanya diukur dari hasilnya, tetapi juga dari mekanisme dan prosesnya. Jika proses pelaksanaannya tidak demokratis, sulitlah diharapkan akan tercapai hasil yang demokratis. Prinsip demokrasi tidak menghalalkan cara.
Jauh lebih penting tentu saja pemimpin yang terpilih secara demokratis dapat memerintah secara demokratis pula, serta memiliki komitmen mendorong proses kehidupan demokrasi yang semakin matang. Tidak kalah pentingnya proses pematangan demokrasi perlu dikawal oleh seluruh pemangku kepentingan.
Dukungan masyarakat warga, civil society, sangatlah diperlukan dalam memberikan kawalan terhadap proses demokratisasi. Ekspresi dukungan haruslah diperlihatkan secara nyata dan jelas antara lain dengan berpartisipasi dalam upaya mewujudkan pemilu damai, tanpa kecurangan, pada pemilihan presiden-wapres 2014, yang akan ikut menentukan nasib perjalanan bangsa selanjutnya.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007746613
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:
Posting Komentar