Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 09 Juli 2014

TAJUK RENCANA: Krisis Gaza Bisa Membesar (Kompas)

PEMBUNUHAN empat remaja— tiga Yahudi dan satu orang Palestina—telah meningkatkan ketegangan di wilayah Jalur Gaza, terutama.
Melihat dan mengikuti perkembangan beberapa hari terakhir, situasi di Jalur Gaza akan bisa menjadi lebih hebat dibandingkan intifadah 1987 dan 2000. Entah sudah berapa puluh peluru kendali yang ditembakkan Israel ke wilayah Jalur Gaza dan berapa banyak roket yang ditembakkan Hamas ke wilayah Israel. Yang pasti, kerusakan sudah terjadi, terutama di wilayah Jalur Gaza, dan nyawa orang- orang tak berdosa pun sudah melayang.

Bahkan, menurut berita yang beredar kemarin, Israel telah menyiagakan 1.500 tentara di sepanjang perbatasan Jalur Gaza. Sebaliknya, Hamas juga sedikit pun tidak menunjukkan rasa gentar meski kalah dalam segala- galanya, terutama dalam perlengkapan mesin perang.

Apakah akan berulang lagi perang Israel-Hamas yang pernah terjadi pada akhir tahun 2008 dan awal 2009? Perang itu telah menewaskan begitu banyak orang: 13 orang Israel, termasuk tentara, dan 1.417 orang Palestina, baik Hamas maupun warga sipil. Sebanyak 5.303 orang Palestina terluka dan 120 tertangkap.

Akibat dari perang itu tidak berhenti sampai di sini. Kebencian dan rasa permusuhan di antara keduanya semakin meningkat dan menebal. Itu salah satu akibat dari perang tersebut. Kini, permusuhan itu seperti ditumpahkan lagi dan meluber ke mana-mana.

Konflik ini bermula dari penculikan tiga remaja Israel di Tepi Barat. Baru 18 hari kemudian, ketiganya ditemukan dalam kondisi sudah tak bernyawa. Tak lama kemudian, ditemukan jenazah seorang remaja Palestina di Jerusalem Timur dalam kondisi mengenaskan, terbakar. Peristiwa pembunuhan inilah yang memicu pecahnya konflik bersenjata.

Pemerintah Israel memang telah menangkap mereka yang dicurigai membunuh remaja Palestina itu. Namun, tudingan Israel bahwa penculikan ketiga remaja Israel itu didalangi oleh Hamas—meskipun Hamas telah membantah—menjadi penyulut berkobarnya konflik.

Tidak mudah menghilangkan permusuhan dan kebencian di antara kedua belah pihak. Menghentikan konflik senjata barangkali mungkin. Tetapi, konflik itu bisa sewaktu-waktu pecah lagi. Tentu, konflik itu akan memperpanas Timur Tengah yang sekarang sudah demikian mendidih; melebar ke mana-mana, menyulut emosi banyak orang, termasuk orang-orang Indonesia seperti biasanya.

Tentu hal itu tidak kita inginkan. Karena itu, adalah tanggung jawab para pemimpin kedua belah pihak untuk berusaha dan meredam kondisi emosi yang menggelegak itu, yang pasti akan mengancam kedua bangsa dan perdamaian. Langkah ini harus mereka ambil untuk mencegah konflik di Gaza tidak semakin membesar.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007742196
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger