Koordinasi dan kerja keras semua pihak dituntut untuk menjamin kesuksesan serta kelancaran arus mudik dan balik warga ke kampung halaman di seluruh Indonesia.
Kita bersyukur, kendati ada peningkatan suhu politik terkait pemilu presiden dan tekanan terhadap perekonomian, hal itu tak sampai mengganggu persiapan penyelenggaraan program mudik. Meski terjadi kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, kenaikan tak terlalu ekstrem. Stok barang/kebutuhan pokok sejauh ini relatif aman. Inflasi memasuki Ramadhan pada Juni terendah dalam lima tahun terakhir. Kita juga berharap cuaca kondusif.
Yang tak kalah penting kesiapan infrastruktur, terutama jalan raya, jalur kereta api, pelabuhan, dan moda angkutannya. Berdasarkan pantauan Kompas, meski sebagian besar jalur pantura dan jalur selatan Jawa—yang akan mendapat beban terberat—sudah siap, masih terdapat kerusakan di sejumlah tempat yang belum akan selesai diperbaiki hingga H-7, dengan terus mundurnya target penyelesaian.
Hal ini berpotensi jadi sumber kemacetan parah jika tidak diantisipasi dengan baik. Sumber titik rawan lain adalah penyempitan jalan (bottleneck) dan keberadaan pasar tumpah. Sangat disesalkan sampai sekarang belum ada solusi tuntas terhadap masalah ini. Kondisi serupa terjadi untuk jalur Sumatera, antara lain akibat hambatan seperti penumpukan di titik penyeberangan dan molornya perbaikan jalur Kualanamu-Medan.
Dari data Kementerian Perhubungan, lonjakan penumpang terjadi untuk semua moda, dengan tiket KA sudah ludes sejak jauh-jauh hari, demikian pula tiket pesawat. Akibatnya, sisanya akan menjadi beban moda jalan raya.
Dengan adanya tambahan beban armada kendaraan, sementara pada saat yang sama infrastruktur jalan tidak bertambah, bisa dibayangkan repotnya manajemen arus mudik/balik jika tidak dipersiapkan dengan baik. Perhatian khusus terutama perlu diberikan pada jalur utama mudik di pantura dan jalur selatan Jawa yang harus menanggung 48 persen dan 38 persen dari arus mudik/balik, juga kesiapan jalur-jalur alternatif.
Di masa mendatang, dengan jumlah pemudik yang terus meningkat, harus ada integrasi moda dan pergeseran ke angkutan massal yang lebih aman, cepat, dan berkapasitas besar seperti kereta api sehingga beban jalan raya dan angka kecelakaan bisa dikurangi. Menjamin kesuksesan dan kelancaran penyelenggaraan mudik adalah bagian dari tanggung jawab moral dan sosial negara. Fenomena mudik juga berdampak luar biasa bagi perekonomian, dengan Rp 90 triliun lebih digelontorkan ke daerah.
Semua pihak berkepentingan menyukseskan program ini. Termasuk operator angkutan untuk tak menaikkan tarif secara berlebihan dan perusahaan atau pemberi kerja untuk membayarkan THR yang menjadi hak pekerja sebelum H-7. Kita berharap momok kesemrawutan yang menghantui setiap momen Lebaran tak terjadi tahun ini.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007871385
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar