Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 31 Juli 2014

TAJUK RENCANA: Tentang Persaudaraan Kebangsaan (Kompas)

Menarik apa yang kita dengar dari khotbah Idul Fitri Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Masykuri Abdillah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (28/7).
Ada dua hal yang dapat digarisbawahi. Pertama, besarnya makna Idul Fitri untuk menguatkan etika sosial yang berlandaskan pada persaudaraan, kedamaian, kerukunan, dan toleransi. Yang kedua, prinsip persaudaraan yang perlu dikumandangkan, baik dalam bentuk ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islami), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan nasional), maupun ukhuwah insaniah (persaudaraan kemanusiaan).

Khatib lain menyebutkan, ibadah puasa Ramadhan yang sukses tidak saja berhasil mengatasi tantangan yang berlangsung selama bulan Ramadhan, tetapi juga istikamah atau konsisten melaksanakannya di hari selanjutnya.

Dengan demikian, kedua makna yang disinggung Guru Besar Masykuri di atas akan berarti lebih besar jika berhasil kita terapkan di hari ke depan, dan tampaknya memang etika sosial berlandaskan persaudaraan, kedamaian, kerukunan, dan toleransi itulah yang kita butuhkan untuk hari-hari mendatang. Selama ini, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk yang toleran. Namun, di era Reformasi dan demokrasi, justru muncul kasus yang menunjukkan sikap intoleran. Dalam kaitan inilah kita menggarisbawahi pentingnya pengembangan ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan nasional.

Yang terakhir ini tidak saja terkait dengan situasi dan kondisi setelah pemilihan presiden, tetapi juga dalam kaitan perkembangan kehidupan berbangsa beberapa tahun terakhir. Dalam kaitan ini, kita perlu mengingatkan kembali justru ketika kita tengah menyongsong kehadiran pemimpin baru. Mengingat masyarakat Indonesia yang masih paternalistik, besarlah peranan pemimpin, termasuk dalam hal pengembangan nation-building. Boleh jadi, akibat desakan menanggulangi pelbagai masalah ekonomi, pemimpin acap lengah terhadap urgensi masalah non-ekonomi yang lebih bernilai kultural-sosial. Namun, yang terakhir ini pada kenyataannya tidak bisa kita pandang sebelah mata. Pemilu presiden yang baru berlalu juga merupakan satu ujian tersendiri. Di sana-sini keretakan masih dapat kita amati dan rasakan. Dalam kaitan inilah kita melihat relevansi apa yang telah kita uraikan di atas, khususnya yang terkait dengan ukhuwah wathaniyah yang ditandai dengan semangat kedamaian dan kerukunan.

Relevansi dan aktualisasi pesan khotbah ini semakin kita rasakan jika mengingat bahwa tidak lama lagi kita akan menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN, yang sebenarnya juga berarti globalisasi dalam skala mini.

Apa yang di masa lalu sering didengungkan dalam jargon Indonesia Incorporated bukannya sudah ketinggalan zaman. Namun, fakta bahwa kita tak kunjung bisa membangun kekuatan seperti itu boleh jadi karena ukhuwah wathaniyah kita belum maksimal.

Pesan di momen Idul Fitri itu sejatinya esensial untuk perkembangan bangsa kita sekarang dan di masa datang.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008100092
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger