Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 13 Agustus 2014

TAJUK RENCANA: Mencari Solusi Krisis Ukraina (Kompas)

KRISIS Ukraina semakin berlarut-larut. Yang menarik adalah krisis ini telah menyeret keterlibatan dua kekuatan besar: AS dan Rusia; Barat dan Rusia.
Keterlibatan negara-negara besar itu kiranya yang justru membuat situasi bertambah buruk. Bahkan, pernah dikhawatirkan bahwa krisis Ukraina ini akan menjadi dadakan pecahnya perang besar, perang yang melibatkan banyak negara dan kekuatan adikuasa di dunia ini.

Krisis bermula dari keputusan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang membatalkan kerja sama ekonomi dengan Uni Eropa dan memilih memperkuat hubungan dengan Rusia, 2013. Keputusan Yanukovych itu memicu kemarahan rakyat dan kelompok yang pro Barat. Dan, pecahlah protes besar-besaran menentang keputusan tersebut. Tak tahan menghadapi protes, Yanukovych melarikan diri dan pihak pro Barat mengambil alih kendali. Tindakan ini memancing Rusia menempatkan pasukannya di Semenanjung Crimea, yang berujung lepasnya Crimea dari Ukraina, beralih ke dalam pelukan Rusia.

Apa yang terjadi di Crimea telah menginspirasi wilayah lain yang pro Rusia, seperti kota Donetsk, Ukraina timur, yang ingin melepaskan diri dari Kiev. Mereka memproklamasikan diri sebagai Republik Rakyat Donetsk.

Seperti dalam kasus Crimea, Kiev dan juga Barat melihat bahwa Moskwa berperan dengan memberikan bantuan persenjataan kepada kelompok pemberontak pro Rusia. Moskwa membantah. Barat, terutama AS, terang-terangan mendukung pemerintah Kiev. Akibatnya adalah terjadi benturan kepentingan antara AS dan Rusia yang belakangan terungkap dalam perang dagang, saling memberlakukan embargo perdagangan.

Ukraina bagi Rusia memiliki posisi strategis, yakni sebagai pintu gerbang ke Barat; demikian sebaliknya bagi Barat, sebagai pintu gerbang ke Rusia. Posisi strategis ini telah menjadi sumber persoalan sejak masa lalu.

Keputusan Moskwa memutus pasokan gas kepada Ukraina selama belum membayar utang—kebutuhan gas Ukraina bergantung pada Rusia—telah memperburuk krisis. Ukraina juga menjadi jalan pelintasan pengiriman gas Rusia ke sejumlah negara Eropa.

Usaha untuk menyelesaikan krisis Ukraina sudah pernah dilakukan lewat perundingan, tetapi belum memberikan hasil. Yang kita saksikan kini justru pertarungan antarkekuatan besar, sementara nasib perang saudara di Ukraina belum bisa diselesaikan.

Karena itu, penyelesaian masalah Ukraina ada baiknya dikembalikan lagi kepada rakyat Ukraina, sementara Rusia dan AS (Barat) menahan diri untuk tidak terlibat. Keterlibatan mereka, yang lebih dilandasi demi terpenuhinya kepentingan nasional masing-masing, justru membuat situasi bertambah buruk. Dan pada ujungnya, rakyat Ukraina sendiri yang akan menderita.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008297901
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger