Pemenggalan kepala pekerja kemanusiaan asal Inggris, David Haines (44), oleh kelompok militan NIIS, pertengahan September lalu, membuat Perdana Menteri Inggris David Cameron yang semula menolak bergabung dengan AS akhirnya setuju bergabung.
PM Cameron mendapatkan dukungan dari Parlemen Inggris untuk bergabung dengan AS dalam serangan udara atas NIIS di Irak dengan 542 suara mendukung dan 43 menentang. Bersama dengan Inggris, juga bergabung Perancis, Belanda, Australia, Belgia, dan Denmark dalam serangan udara terhadap NIIS di Irak.
Enam jet tempur Tornado Inggris telah disiagakan di pangkalan udara Inggris di Akrotiri, Siprus, Jumat (26/9). Selain negara Barat, ada 9 negara Arab yang bergabung dalam koalisi yang dipimpin AS itu, yakni Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, Mesir, Irak, Jordania, Lebanon, Arab Saudi, dan Qatar. Turki menolak untuk bergabung dan menolak pangkalan udaranya di wilayah selatan digunakan sebagai basis serangan udara terhadap NIIS. Penolakan itu, kata Turki, karena tidak mau membahayakan nasib 49 warganya yang disandera NIIS dari Konsulat Turki di Mosul, Irak utara.
Sebagai kelompok militan Sunni, NIIS memaksa warga Syiah dan non-Muslim di wilayah yang telah dikuasainya untuk berpindah agama. Yang menolak langsung dibunuh oleh mereka.
Kepada Parlemen, Cameron mengingatkan, aksi militer melawan NIIS memerlukan waktu bertahun-tahun. Pejabat Inggris yakin ada 500 warga negara Inggris yang bergabung dan berperang bersama NIIS.
Sepak terjang dan kekejaman NIIS di Suriah dan Irak itu membuat sebagian besar negara Arab bergabung dengan negara Barat untuk meredam NIIS. Banyak negara yang ikut memerangi NIIS itu meningkatkan kehati-hatian mereka di dalam negeri mengingat tidak sedikit warga negaranya yang ikut bergabung bersama NIIS. Ada kekhawatiran bahwa warga yang pulang dari perjuangan bersama NIIS bergabung dengan simpatisan NIIS di dalam negeri dan membuat kekacauan. Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi, saat menghadiri Sidang Umum Majelis PBB di New York, mengungkapkan rencana NIIS menyerang jaringan kereta bawah tanah AS dan Perancis, tetapi tidak ada bukti kuat terkait ancaman tersebut.
Tindak kekerasan yang dilakukan NIIS itu memang sulit diterima oleh siapa pun, tetapi kita berharap koalisi besar yang memerangi NIIS tersebut mempunyai strategi lain, kecuali hanya melancarkan serangan udara. Hal itu karena, kekerasan yang dilawan dengan kekerasan hanya akan membuat kekerasan itu bereskalasi.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009167959
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar