Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 06 September 2014

TAJUK RENCANA: Aksi Mahasiswa Hongkong (Kompas)

SEKARANG ini, orang berharap banyak dari demokrasi, yang dianggap akan mengurangi ketidakadilan, sekaligus melindungi kebebasan warga.
Samuel P Huntington, ilmuwan politik dari Universitas Harvard, menguraikan tiga gelombang demokrasi. Gelombang Pertama terjadi sejak awal abad ke-19; Gelombang Kedua bermula setelah akhir Perang Dunia II; dan Gelombang Ketiga dimulai pada tahun 1974—Revolusi Anyelir di Portugal, lalu transisi demokrasi di Amerika Latin tahun 1980-an, disambung gerakan demokratisasi di negara-negara Asia Pasifik, yakni Filipina, Korea Selatan, dan Taiwan, dan akhirnya gelombang demokratisasi menyapu Eropa Timur.

Yang terjadi di Timur Tengah, dimulai di Tunisia dan sekarang masih berlangsung di Suriah yang disebut Arab Spring, sering disebut sebagai Gelombang Keempat. Yang juga dimasukkan ke dalam Gelombang Keempat adalah perubahan rezim di Myanmar serta gerakan-gerakan demokratisasi di negara-negara Afrika dan Asia.

Yang kita saksikan sekarang ini di Hongkong—gerakan mahasiswa untuk melakukan pemogokan selama sepekan sebagai reaksi atas penolakan Beijing memberikan demokrasi penuh kepada daerah semi-otonomi itu—kiranya merupakan bagian dari gelombang demokratisasi itu. Melihat pengalaman negara-negara lain, kekuatan gelombang itu tak mungkin dibendung. Cepat atau lambat negara- negara yang hingga kini masih "menabukan" demokrasi akan tidak mampu bertahan.

Mengapa? Orang begitu percaya pada sistem politik ini—demokrasi—yang diyakini identik dengan kebebasan, hormat terhadap martabat manusia, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kesamaan, keadilan, dan pada ujungnya keamanan yang akan membawa pada kemajuan ekonomi. Demokrasi juga dianggap sebagai pengorganisasian kehidupan bersama yang paling mencerminkan kehendak umum. Hal itu karena sistem politik ini memberikan tekanan pada partisipasi, representasi, dan akuntabilitas. Dengan demikian, tujuan berpolitik menjadi jelas, yakni menciptakan kesejahteraan umum.

Demi demokrasi, oleh karena itu, orang rela berkorban. Yang terjadi di Eropa Timur, Timur Tengah, Amerika Latin, dan banyak negara lainnya memberikan gambaran jelas tentang perjuangan untuk merebut demokrasi itu.

Meskipun, orang juga menyadari bahwa demokrasi bukanlah sistem politik terbaik atau bukan tanpa cacat. Namun, yang diyakini orang adalah, dalam demokrasi, masih ada kebebasan berpendapat, kebebasan berkumpul dan berserikat, kebebasan bersikap kritis atas keputusan pemerintah, dan juga kebebasan untuk melawan berbagai macam bentuk dominasi serta melakukan pengawasan.

Kiranya itulah yang kini tengah diperjuangkan mahasiswa Hongkong berkaca pada pengalaman negara lain.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008718256
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger