Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 11 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Bersama Membangun Negeri (Kompas)

PERMASALAHAN besar bangsa akan dapat diselesaikan apabila pemimpin lembaga eksekutif dan legislatif duduk bersama menyelesaikan masalah.
Itulah harapan rakyat setelah pemilu menghasilkan presiden terpilih dan lembaga legislatif memiliki pimpinan baru untuk periode 2014-2019. Harapan itu juga disuarakan Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung dalam peluncuran buku Pilihan Ekonomi yang Dihadapi Presiden Baru tulisan Prof Gustav Papanek, Raden Pardede, dan Suahasil Nazara di Jakarta, Kamis (9/10).

Harapan menyeruak karena melihat peluang Indonesia untuk maju sangat besar. Meski menghadapi sejumlah tantangan, terdapat banyak jalan meningkatkan kemakmuran Indonesia.

Tantangan yang dihadapi memang tidak kecil. Ada 40 persen keluarga miskin yang kesejahteraannya jauh tertinggal dari 20 persen keluarga terkaya. Indonesia mendapat bonus demografi, tetapi kualitas manusianya harus ditingkatkan.

Dalam menghadapi globalisasi di mana batas negara menghilang, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku akhir 2015, untuk menang dalam persaingan Indonesia harus memiliki daya saing. Daya saing saat ini belum membanggakan. Hampir separuh angkatan kerja berpendidikan tamat atau tidak tamat SMP sehingga produktivitasnya rendah.

Kemampuan industri kita peringkat keenam di ASEAN. Sebagian besar pengusaha, terutama pengusaha kecil-menengah, merasa tidak siap menghadapi datangnya MEA.

Banyak pekerjaan harus dilakukan agar Indonesia memenangi persaingan. Membangun infrastruktur, memperbaiki sistem logistik, memberantas korupsi, dan membuat birokrasi ramah menjadi keharusan. Meningkatkan kapasitas manusia melalui pendidikan, kesehatan, dan penyediaan pangan bergizi menjadi kewajiban negara.

Untuk menaikkan taraf kehidupan keluarga miskin tidak ada jalan lain, kecuali menciptakan lapangan kerja yang memberi penghasilan yang pasti dan ajek.

Industrialisasi berbahan baku lokal menjadi alternatif agar tidak mudah berpindah ke negara lain hanya demi mengejar upah murah, memberi nilai tambah di dalam negeri, meningkatkan ekspor, dan menurunkan impor. Agrobisnis dapat menjadi lokomotif perekonomian ke depan. Selain berbahan baku lokal, juga cocok untuk sebagian besar tenaga kerja kita. Agroindustri pangan akan membuat rakyat cukup makan sehingga kualitas hidup meningkat, selain membantu perekonomian nasional karena inflasi terjaga.

Untuk menyelesaikan persoalan besar itu, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Harus ada dukungan dari legislatif dan yudisial. Pernyataan para elite negara untuk membuka dialog harus diwujudkan dengan niat luhur demi kebaikan negara dan rakyat Indonesia. Sudah waktunya ego kelompok dikubur dan energi disatukan membangun Indonesia.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009396756
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger