Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 17 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Fenomena Kejatuhan Saham Global (Kompas)

TREN pelemahan ekonomi global dan kejatuhan bursa AS pekan ini terus berlanjut, menuntun ke kejatuhan indeks saham di bagian dunia lain, termasuk Asia.
Kejatuhan tajam indeks saham global dipicu kekhawatiran melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia serta statistik terbaru Amerika Serikat yang menunjukkan gejala melemahnya makroekonomi negara itu. Melemahnya penjualan eceran di AS memunculkan kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi AS yang baru mulai terjadi mulai kehilangan tenaga. Investor juga mulai meragukan efektivitas stimulus The Fed menggenjot ekonomi lewat kebijakan moneter longgar.

IMF pekan lalu menurunkan angka prediksi pertumbuhan global yang cenderung lemah dan tak merata. Gejala perlambatan juga terjadi di Tiongkok. Zona euro juga masih berat. Sejumlah negara, seperti Jerman, Inggris, dan Korea, mulai memangkas tajam prediksi pertumbuhannya.

Prediksi melesunya pertumbuhan global membuat kepercayaan investor kian terpuruk. Kekhawatiran terjadinya deflasi mulai melanda sejumlah negara, termasuk Tiongkok dan India, dengan inflasi berada pada titik terendah dalam lima tahun terakhir. Di banyak negara, inflasi juga sudah sangat rendah, bahkan mendekati nol persen di zona euro.

Situasi ini sangat pelik sebab jika sampai terjadi deflasi, dengan suku bunga di banyak negara kini sudah mendekati nol persen, akan kian tertutup peluang melancarkan stimulus lewat penurunan suku bunga.

Kekhawatiran terbesar mereka adalah masuk ke jebakan deflasioner, seperti dialami Jepang tahun 1990-an. Ketika itu, penurunan suka bunga hingga di bawah nol tetap gagal mengangkat ekonomi keluar dari stagnasi selama 15 tahun karena ekspektasi masih akan turunnya harga membuat masyarakat menunda pembelian sehingga harapan bunga rendah memicu permintaan dan pertumbuhan tak terjadi.

Prediksi pertumbuhan global juga memicu naiknya imbal hasil obligasi pemerintah di beberapa negara, dengan investor mencampakkan surat berharga dan memindahkan asetnya ke instrumen berpendapatan tetap yang aman.

Bagi Indonesia, perkembangan ekonomi global memunculkan kompleksitas dan tekanan baru kendati penurunan harga minyak mentah dunia sedikit mengangkat beban tekanan fiskal terkait subsidi energi. Perkembangan terakhir ekonomi di AS dan kemungkinan penundaan kenaikan suku bunga di AS juga menurunkan tekanan terhadap rupiah dan kekhawatiran terjadinya pembalikan arus modal.

Kehadiran pemerintahan baru dan sinyal politik ke arah rekonsiliasi sedikit meredam kekhawatiran investor. Namun, melemahnya ekonomi global, khususnya mitra dagang utama Indonesia, membuat tekanan terhadap neraca perdagangan, transaksi berjalan, dan neraca pembayaran meningkat.

Kebijakan makroekonomi berhati-hati, penguatan ekonomi domestik, stimulus, dan antisipasi kondisi terburuk perlu dilakukan. Kita perlu fokus pada upaya menerobos bottleneck ekonomi sehingga perekonomian domestik mampu menahan dampak, dan di tengah kegalauan global, Indonesia bisa jadi surga aman bagi investasi, khususnya investasi asing langsung yang berdampak ke sektor riil dan lapangan kerja.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009528900
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger