Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 15 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Gebrakan Ekonomi Jokowi (Kompas)

DALAM waktu tak sampai sepekan, kita punya pemimpin baru. Joko Widodo-Jusuf Kalla memimpin di tengah ekspektasi masyarakat yang sangat tinggi.
Selain itu, juga tekanan ekonomi dan politik yang sangat kompleks, domestik, dan eksternal. Postur, profil, dan komposisi kabinet jadi pertaruhan pertama kepemimpinan Jokowi-JK. Jokowi menjanjikan kabinet kerja yang ramping dan profesional, tetapi masyarakat masih harus menunggu realisasi kabinet yang akan diumumkan.

Kabinet yang terlalu bernuansa politik akomodasi akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan pasar. Tertekannya rupiah mengingatkan pasar belum bisa diyakinkan oleh perkembangan ekonomi dan politik dalam negeri.

Profil kabinet menjadi penting karena begitu memimpin, Jokowi-JK akan dihadapkan pada persoalan kompleks yang diwariskan pemerintahan sebelumnya. Di bidang ekonomi, terutama terkait defisit masif perdagangan, neraca transaksi berjalan, neraca pembayaran dan fiskal.

Tekanan terhadap neraca perdagangan masih akan berat, terutama dengan berakhirnya boom komoditas primer, relatif mandeknya sektor manufaktur, dan kian membengkaknya impor minyak. Semua ini persoalan mendesak, perlu tindakan cepat, sehingga tak ada bulan madu bagi pemerintahan baru. Begitu terbentuk, kabinet harus segera membuat gebrakan untuk mengatasi persoalan mendesak ekonomi.

Kompetensi, kredibilitas, dan rekam jejak kinerja para anggota kabinet menjadi pegangan pertama pasar apakah pemerintahan baru ini akan mampu membawa bangsa keluar dari jebakan belitan persoalan ini. Tidak realistis berharap mereka akan mampu menyelesaikan semua persoalan pada tahun pertama pemerintahan. Karena itu, yang lebih dibutuhkan pasar adalah sinyal bahwa kita bergerak ke arah tepat, khususnya menyangkut isu-isu yang bisa menyandera perekonomian secara keseluruhan.

Langkah yang bisa jadi sinyal pemerintahan bergerak ke arah tepat antara lain kebijakan terkait subsidi energi yang bisa membengkak hingga Rp 500 triliun jika tak ada upaya untuk menurunkan. Langkah berani harus ditempuh pada pekan-pekan pertama pemerintahan agar tak hilang momentum dan menghindari beban lebih berat ke ekonomi.

Penurunan subsidi dengan menaikkan harga BBM ini kunci bagi ekspansi ruang fiskal untuk pembiayaan program-program pembangunan yang digariskan Jokowi-JK dalam kampanye pilpres. Tanpa langkah ini, perekonomian akan terus tersandera. Ruang fiskal juga dibutuhkan sebagai stimulus menghadapi kemungkinan dampak eksternal situasi global, khususnya di AS. Sinyal pemulihan ekonomi AS yang akan diikuti kenaikan suku bunga akan memunculkan tekanan terhadap rupiah dan ekonomi.

Masih banyak reformasi mendasar ditunggu, termasuk mengantisipasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Kita semua berkepentingan pemerintahan ini berhasil karena kita tak mau lagi kehilangan momentum. Ini bisa ter wujud jika pemerintahan efektif dan kepemimpinan solid.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009473419
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger