Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 30 Desember 2014

TAJUK RENCANA: Musibah sebagai Tragedi (Kompas)

MUSIBAH pesawat QZ 8501 AirAsia, yang membawa 162 orang, merupakan tragedi kemanusiaan yang mengundang kepedihan mendalam.
Atas musibah itu, berbagai kalangan, terutama orang-orang yang kehilangan sanak saudaranya, tidak hanya terguncang, tetapi juga merunduk, merasa tidak berdaya karena gagal mencegahnya. Itulah tragedi, yang dalam legenda Yunani sebagai drama kehidupan yang tidak dapat dihindari.

Namun, segera terlihat pula, tanpa komando, berbagai kalangan dan berbilang negara bersatu, menyatakan solidaritas dalam upaya memberikan bantuan dan pertolongan. Ekspresi keprihatinan bermunculan di mana-mana, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai penjuru dunia. Kecelakaan itu telah menjadi peristiwa global sebagai dampak kemajuan teknologi komunikasi.

Musibah QZ 8501 beredar secara serempak, simultan dan seketika, real time, sebagai pengaruh penggunaan multimedia. Hanya dalam sekejap, berita tentang kecelakaan QZ 8501 beredar luas sampai ke mancanegara. Berbagai kalangan berharap upaya pencarian akan segera membawa hasil, meski juga harus diakui tantangannya tidak kecil. Sekadar ilustrasi kasus pesawat MH 370 Malaysia Airlines, yang mengangkut 239 orang, masih dinyatakan hilang sejak 8 Maret lalu.

Sudah pasti, musibah QZ 8501 menjadi perbincangan luas, tidak hanya sebagai tragedi kemanusiaan, tetapi juga karena mempunyai efek demonstratif tinggi. Pesawat terbang sendiri merupakan salah satu pencapaian manusia yang luar biasa. Dengan kemampuan pikirannya, yang digerakkan oleh imajinasi, manusia menciptakan pesawat, yang mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Namun, di balik kehebatan temuan pesawat terbang dan berbagai teknologi tinggi lainnya, selalu ditemukan kelemahan. Sehebat-hebatnya kecanggihan pesawat terbang, sudah pasti mengandung unsur kelemahan sebagai ciptaan manusia. Sudah pasti upaya memperbaiki standar keamanan dan kenyamanan terus dilakukan, tetapi belum seluruhnya mampu mengatasi potensi kelemahan sebagai sebuah absurditas.

Musibah pesawat AirAsia mungkin saja dianggap sebagai bagian dari absurditas, tetapi tetap penting melakukan penyelidikan menyeluruh untuk memastikan penyebab sesungguhnya untuk mencegah insiden serupa di masa depan. Secara umum selalu dikatakan, musibah udara dapat disebabkan oleh kesalahan teknis, tetapi juga karena kesalahan manusia.

Apa pun penyebabnya, kejadian ini diharapkan memberikan pelajaran penting bagi evaluasi dan perbaikan layanan perjalanan udara di masa mendatang. Sambil menunggu hasil pencarian dan pertolongan, rasa setia kawan dan solidaritas perlu diperlihatkan kepada sanak saudara para korban, yang sedang terguncang dalam ketidakpastian dan kepedihan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010915644
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger