Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 31 Desember 2014

TAJUK RENCANA: Nasib Wartawan di Ujung Tanduk (Kompas)

TAHUN 2014 dinilai sebagai tahun yang paling tidak bersahabat bagi para pewarta, yang juga akrab disebut dengan wartawan.
Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) mengungkapkan, lebih dari 60 wartawan tewas di seluruh dunia. Ada 220 pekerja media dipidana oleh rezim otoriter. Kasus terakhir, Jumat (26/12) lalu, Robert Chamwami Shalubuto, seorang wartawan media pemerintah, ditembak mati di Goma, Republik Demokratik Kongo. Jenazahnya ditemukan tergeletak di depan toko kelontong tak jauh dari rumahnya.

Para wartawan mencari informasi guna disebarkan melalui media, baik cetak, televisi, dan radio maupun melalui jejaring internet yang dapat diterima melalui komputer meja, laptop, hingga telepon seluler. Pada saat Anda membaca, menonton, atau mendengar berita tentang sejumlah peristiwa penting dan menarik di dunia atau saat telepon seluler Anda berbunyi, atau bergetar, saat ada berita yang masuk, ingatlah bahwa di belakangnya ada wartawan yang bekerja.

Kerja wartawan bukan sekadar profesi, melainkan sudah menjadi panggilan hidup. Saat menjalankan tugas, wartawan selalu menempatkan peristiwa dan kebenaran di tempat yang paling depan. Untuk memberitakan peristiwa atau mengungkapkan kebenaran, seorang wartawan mempertaruhkan segala-galanya, termasuk juga nyawanya. Ironisnya, dalam tahun 2014, lebih dari 60 wartawan tewas di seluruh dunia, dan sebagian besar di antaranya terjadi di wilayah Timur Tengah.

Saat meliput konflik atau perang, demi mengejar berita yang eksklusif, lain daripada yang lain, wartawan selalu berusaha berada di posisi terdepan. Tidak jarang wartawan kehilangan nyawanya dalam bertugas di daerah konflik atau perang. Jika kehilangan nyawa terjadi tanpa sengaja, hal tersebut adalah bagian dari risiko yang siap dihadapi wartawan. Namun, jika ia tewas karena sengaja dibunuh, itu adalah hal yang sangat sulit untuk diterima. Kita sangat menyesalkan keadaan seperti itu terjadi.

Kadang-kadang pembunuhan wartawan dilakukan karena wartawan tidak mau membuat berita sesuai dengan yang diinginkan sumber berita, baik rezim otoriter maupun kelompok militan. Yang lebih menyedihkan adalah jika pembunuhan wartawan tersebut dilakukan untuk memberi "pesan" kepada negara asal wartawan. Contohnya pembunuhan koresponden lepas asal Amerika Serikat, James Foley dan Steven Sotloff, oleh kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah.

Kita yakin dan percaya, wartawan tidak berhenti menjalankan tugasnya hanya karena ada lebih dari 60 wartawan tewas dalam tahun 2014 ini. Itu sebabnya, perlu diadakan kampanye agar rezim otoriter atau kelompok militan tidak melihat wartawan sebagai musuh walaupun kita tahu hal itu tak akan mudah. Sebaliknya, wartawan pun diharapkan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010924033
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger