Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 09 Desember 2014

TAJUK RENCANA: Tiongkok, Adidaya Ekonomi Baru (Kompas)

SETELAH menyalip Jepang sebagai ekonomi kedua terbesar dunia pada 2013, Tiongkok menggeser AS sebagai perekonomian terbesar pada akhir 2014 ini.
Apa maknanya bagi dunia? Mampukah Tiongkok memenuhi tuntutan dunia sebagai sebuah negara adidaya ekonomi baru dan siapkah dunia dipimpin Tiongkok? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Tiongkok mengukuhkan diri sebagai adidaya ekonomi baru dunia dengan produk domestik bruto (PDB) berdasarkan paritas daya beli per akhir 2014 sebesar 17,6 triliun dollar AS, sementara PDB AS 17,4 triliun dollar AS. Sebagai perbandingan, PDB Indonesia berdasarkan paritas daya beli saat ini 2,554 triliun dollar AS. Ini menempatkan Indonesia sebagai perekonomian terbesar kesembilan dunia, sementara jika berdasarkan PDB harga berlaku masih urutan ke-17 dengan PDB 856 miliar dollar AS.

India di posisi ketiga dengan PDB 7,277 triliun dollar AS, menyalip Jepang dengan PDB 4,788 triliun dollar AS. Urutan berikutnya Jerman, Rusia, Brasil, dan Perancis.

Dengan lompatan besar pertumbuhan Tiongkok rata-rata 10 persen/tahun selama tiga dekade lebih—meski beberapa tahun terakhir melambat—dan pertumbuhan AS 2-3 persen/tahun, kudeta posisi AS oleh Tiongkok sudah bisa diperkirakan, jauh lebih cepat dari prediksi Goldman Sachs dan PricewaterhouseCoopers yang meramalkan Tiongkok baru akan menggusur negara maju pada 2030.

Pergeseran ini secara pasti juga akan mengubah peta geopolitik dan geoekonomi global, yang jika tidak dikelola dengan baik transisinya di antara negara-negara besar dunia, bukan tak mungkin akan mengakibatkan ketidakpastian, bahkan guncangan.

Keengganan ditunjukkan Tiongkok. Kegamangan itu selain karena tak berambisi menjadi dominan, secara struktur ekonomi Tiongkok belum negara maju dan memiliki keterbatasan dalam soft power—tidak seperti ketika Inggris dan AS pertama kali menyandang status itu—juga karena sejalan dengan posisinya melekat pula tanggung jawab baru sebagai adidaya ekonomi dunia.

Salah satu tanggung jawab itu adalah menjaga stabilitas tatanan global, mulai dari ekonomi, politik, hingga keamanan. Bukan tanggung jawab mudah di tengah peta global yang terkoyak saat ini. Survei sejumlah lembaga, sebagian responden meyakini dunia akan lebih baik di bawah kepemimpinan Tiongkok ketimbang AS yang dianggap terlalu self-centered dan intervensionis dalam setiap kebijakan berdimensi global yang diambilnya selama ini.

Sebagian lagi mencemaskan kemungkinan perubahan dramatis akan terjadi karena pertimbangan ideologi Tiongkok. Lambat atau cepat, semua pihak harus menerima realitas Tiongkok sebagai adidaya ekonomi baru. Kepentingan domestik dan global Tiongkok akan mewarnai dunia ke depan. Sebagai negara berkembang, kita berkepentingan terhadap terwujudnya dunia lebih damai dan tatanan global lebih adil ke depan. Ini hanya bisa terwujud jika ada kesalingpahaman di antara negara-negara besar.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010557288
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger