Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 07 Januari 2015

Berharap Tak Terulang Kembali (Chappy Hakim)

DUNIA penerbangan adalah dunia yang teknologis sifatnya, juga dunia yang sangat dinamis. Kecepatan dari dunia teknologi penerbangan sangat tinggi.

Salah satu yang utama dalam dunia yang teknologis sifatnya adalah kebutuhan akan lebih ketatnya keterikatan pada ketentuan aturan dan hukum yang berlaku. Penerbangan juga sangat bersifat inter-nation atau antarbangsa. Oleh karena itu, dunia penerbangan yang sangat teknologis sifatnya dan membutuhkan perlakuan yang ketat terhadap aturan, ketentuan, dan hukum harus tunduk pula pada law–rules and regulation yang berstandar internasional.

Sifat atau ciri lain dari dunia penerbangan adalah diawaki oleh sumber daya manusia yang sangat spesialistis dan memerlukan waktu untuk dapat memperolehnya. Contohnya adalah pilot, teknisi, dan ATCcontroller. Itu sebabnya, dalam penanganan dalam pengoperasiannya diperlukan orang-orang spesialis dan terlatih.  

Karena itu pula, apabila ada masalah yang muncul, hanya mereka yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang penerbangan yang cukup yang akan mampu untuk mencarikan solusinya dengan tepat. Di sini jargon seperti "the right man on the right place" menjadi sangat penting dan dominan.

Di sisi lain, lingkungan yang harus tertib dan diatur dengan sangat ketat oleh ketentuan dan aturan serta prosedur baku sangatlah memerlukan tiga simpul yang bergerak dengan harmonis.   Ketiga simpul tersebut adalah disiplin tanpa kompromi, pengawasan yang ketat, dan tindakan hukum dengan efek jera apabila terjadi pelanggaran.  

Selama ini keamburadulan dan kesemrawutan yang melanda dunia penerbangan kita adalah, antara lain, karena tidak berjalannya dengan baik ketiga simpul tersebut. Berkembang rumor yang jelas, tetapi sulit dibuktikan, misalnya tentang jual beli izin pada berbagai sektor bisnis penerbangan yang sudah menjadi rahasia umum.  

Sulit dibuktikan atau mungkin tidak akan bisa dibuktikan, tetapi jelas-jelas muncul di permukaan hal-hal yang aneh-aneh, yang "believe it or not". Bandara yang overkapasitas, maskapai BUMN yang bangkrut, infrastruktur yang tertinggal jauh daripada laju pertumbuhan penumpang dan barang, serta kekurangan dalam kuantitas sekaligus kualitas SDM penerbangan, adalah gambaran terang benderang yang mewakili  dari proses itu semua.

Dalam era pemerintahan yang baru berjalan  beberapa bulan ini terjadilah kecelakaan AirAsia QZ 8501. Dan dalam penanganan kecelakaan pesawat terbang ini bermunculan dan terbuka satu per satu ke permukaan beberapa hal yang kemungkinan besar akan mampu menjelaskan mengapa itu semua bisa terjadi.   Semua hal yang aneh-aneh  aliasbelieve it or not tersebut.  

Jadi, sebenarnya inilah satu momentum yang sangat tepat apabila kita ingin benar-benar berbenah diri untuk menyelesaikan permasalahan besar dunia penerbangan yang tengah kita hadapi sekarang.

Simpul penting: disiplin!

Keputusan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang bertindak tegas dalam penanganan  kecelakaan AirAsia ternyata cukup mengagetkan banyak pihak.  Semua seolah tersentak, lalu bermunculan pertanyaan-pertanyaan yang menyertainya.   

Gebrakan Menteri Perhubungan Jonan telah menunjukkan perbedaan yang sangat kontras dengan langgam dari irama kerja Kementerian Perhubungan selama ini  yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.  Terlepas dari mungkin saja banyak kekurangan yang kemudian terlihat dalam gebrakannya, hal itu dapat dimaklumi. Sebab, seorang menteri yang berada di lingkungan baru sangat masuk akal apabila memerlukan periode waktu tertentu untuk beradaptasi. 

Akan tetapi, minimal sang menteri telah berusaha menghadirkan salah satu simpul penting dalam menjalankan mekanisme kerja di dunia penerbangan, yaitu membangun disiplin yang tanpa kompromi. Memang dan wajar apabila penanganan yang  tengah dan akan dilakukan Menhub pasti akan menimbulkan hiruk-pikuk luar biasa. Keguncangan dari hiruk-pikuk itu adalah sesuatu yang semata biasa terjadi dalam proses menuju satu perubahan, apalagi satu perubahan yang fundamental sifatnya. 

Ibarat rumah, kelihatannya Jonan tidak ingin merenovasinya, tetapi ingin membongkar sampai ke akar-akarnya untuk kemudian membangun rumah yang baru.  Apabila terlihat ada langkah yang keliru, maka hal tersebut adalah juga biasa terjadi bagi seseorang yang berada di "dalam" situasi yang amburadul, semrawut, dan kusut, untuk melakukan langkah perbaikan dalam mengurai kesemrawutan itu.

Ibarat di tengah air yang keruh, orang tidak atau kurang mampu dapat melihat dengan jernih. Ini juga seperti fenomena "akuarium", di mana orang lain yang melihat kerja seseorang jauh lebih mudah melihat dengan jelas telah terjadi kekeliruan dibandingkan mereka yang tengah  bekerja keras dan berada di tengah-tengah lautan masalah yang berada di sekelilingnya. 

Karena itulah, menjadi tugas besar kita semua yang mencintai dan menginginkan penerbangan nasional menjadi lebih baik agar mendukung dan membantunya.   Mendukung agar disiplin tinggi dapat ditegakkan, pengawasan ketat dapat berlangsung, dan tindakan dengan efek jera harus dijatuhkan bagi siapa pun yang melanggar aturan.  Bagi siapa saja, setiap permulaan memang tidak mudah, every beginning is difficult, tetapi memulai dengan baik adalah sudah setengah laba, gut begonnen ist halb gewonnen.  Semoga dunia penerbangan kita dapat bangun kembali menjadi lebih baik.

Chappy Hakim Mantan Kepala Staf TNI AU

Sumber: ‎http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011218499 

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger