Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 27 Januari 2015

TAJUK RENCANA Lawatan Obama di India

TENTU ada yang menarik untuk dicatat dalam lawatan pemimpin negara demokrasi terkemuka ke negara demokrasi terbesar di dunia.

Inilah yang kita angkat dari kunjungan Presiden AS Barack Obama ke India selama tiga hari, mulai Minggu lalu. Diterima dengan pelukan hangat PM India Narendra Modi, Obama berharap bisa memperbarui kesepakatan pertahanan, menyepakati produksi bersama perangkat militer, dan bekerja sama mengurangi emisi gas rumah kaca.

Kehangatan hubungan kedua negara saat Obama datang tampak kontras dengan kondisi setahun lalu menyusul terjadinya penahanan dan pemeriksaan terhadap seorang diplomat India yang dituduh mengeksploitasi seorang pembantu rumah tangga di New York, yang disusul dengan pembakaran bendera AS di jalanan New Delhi. Obama dan Modi tampaknya ingin meninggalkan perselisihan itu.

Bagi Modi, yang sejak awal pemerintahannya memberi prioritas besar pada kebijakan luar negeri, lawatan Obama bisa lebih mengangkat posturnya dalam kepemimpinan di Asia Selatan. Hal ini sekaligus mengirim pesan kepada Tiongkok yang terus menguatkan kemitraan dengan Sri Lanka dan Maladewa. Baik Obama maupun Modi berkepentingan mengimbangi Tiongkok yang terus bangkit.

Melambangkan betapa luas dan mendalamnya pembicaraan mereka, keduanya keluar dari ruangan pertemuan setelah berbicara selama lebih dari tiga jam. Senin kemarin, Obama menjadi tamu kehormatan dalam peringatan Hari Republik, yang diadakan setiap 26 Januari untuk memperingati mulai berlakunya Konstitusi India.

Khusus mengenai kesepakatan nuklir, pertemuan kedua pemimpin bisa memperbarui kesepakatan yang dicapai kedua negara dalam kunjungan Presiden Bush pada 2006 sehingga AS bisa menjual bahan bakar nuklir dan komponen reaktor. Sementara India bersedia memisahkan program nuklir sipil dan militer serta membuka fasilitas nuklir sipilnya untuk inspeksi internasional.

Untuk urusan perubahan iklim, India berjanji, negaranya akan meningkatkan produksi listrik yang bersih, bertenaga surya, menjadi 100.000 megawatt pada 2022 dari 3.000 megawatt yang ada sekarang ini.

Kedua pemimpin juga merundingkan persetujuan, yaitu AS akan membantu India mengurangi penggunaan hydrofluorocarbon, komponen pendingin yang digunakan pada lemari es dan sistem pendingin udara. Pemimpin AS juga mengharapkan dukungan PM India bagi kesepakatan perubahan iklim PBB di Paris, Perancis, Desember nanti.

Selain perselisihan setahun lalu, pertemuan Presiden Obama dan PM Modi kita beri catatan karena AS pernah memasukkan Modi dalam daftar hitam lebih dari satu dekade menyusul kerusuhan komunal di Gujarat saat ia jadi menteri utama di negara bagian itu. Oleh kepentingan bersama dan orientasi ke depan, mereka bisa melangkah maju dan tidak terbelenggu oleh kejadian kemarin.

Sumber: ‎http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011646944 


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger