APAKAH kondisi sosial, politik, dan ekonomi Mesir sudah berubah menjadi lebih baik setelah empat tahun revolusi Arab Spring berlalu?
Mungkin pertanyaan lainnya adalah apakah situasi dan kondisi Mesir sekarang ini sudah sesuai dengan yang diharapkan dan diperjuangkan rakyat ketika mengobarkan revolusi? Apakah sudah menjawab impian mereka dengan menyingkirkan Hosni Mubarak?
Mesir memang sudah berubah. Sekurang-kurangnya, Hosni Mubarak yang berkuasa selama 30 tahun sudah disingkirkan. Pemilu demokratis sudah mereka selenggarakan. Konstitusi baru sudah mereka susun dan sahkan. Pemerintahan baru sudah terbentuk. Meskipun ada catatan istimewa: dalam tempo empat tahun, sudah dipilih dua presiden dan terjadi kudeta militer.
Kudeta militer—dukungan rakyat—terhadap pemerintahan pimpinan Presiden Muhammad Mursi, yang sah pilihan rakyat dalam pemilu demokratis pertama setelah revolusi, memang memunculkan banyak pertanyaan sekaligus keheranan. Mengapa rakyat mendukung militer menyingkirkan presiden pilihan mereka sendiri? Mengapa pada akhirnya rakyat justru kembali mendukung militer, sekurang-kurangnya seorang pensiunan jenderal pemimpin kudeta menjadi presiden baru mereka?
Mengapa partai pemenang pemilu, Ikhwanul Muslimin, akhirnya oleh pemerintah baru dinyatakan sebagai partai dan organisasi terlarang? Masih banyak pertanyaan lain. Meskipun semua pertanyaan itu bisa dijawab, tetap saja meninggalkan pertanyaan tunggal: akan ke mana Mesir melangkah sekarang ini?
Pertanyaan terakhir di atas menjadi sangat relevan kalau kita kaitkan dengan peristiwa terakhir di Mesir saat peringatan empat tahun revolusi. Peringatan revolusi telah menelan korban jiwa, 25 orang tewas, dan lebih dari 100 orang terluka. Yang membuat dunia berteriak adalah tewasnya seorang perempuan penyair dan aktivis, Shaimaa al-Sabbagh, hari Sabtu. Ia tewas saat ikut demonstrasi damai. Peluru menembus jantung dan paru-parunya.
Aparat keamanan, polisi, membantah telah menembak Shaimaa. Pernyataan yang wajar. Namun, buktinya, Shaimaa tewas bersimbah darah. Pertanyaannya adalah apakah dengan cara seperti ini—menindak tegas dengan kekerasan para pengunjuk rasa, para pengusung demokrasi yang mereka perjuangkan saat revolusi—Mesir akan lahir menjadi Mesir Baru? Memang, Mesir masih dalam masa transisi, tetapi demokrasi tidak bisa diraih dengan cara melindas dengan segala cara mereka yang tidak sejalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar