SUNGGUH menyentuh hati dialog antara Paus Fransiskus dan anak jalanan, Glyzelle Iris Palomar (12), di Universitas Santo Tomas di Manila, Minggu.

Pemimpin tertinggi umat Katolik dunia itu menegaskan pentingnya mencintai sesama yang terpinggirkan. Sebagaimana kita baca beritanya di harian ini Senin (19/1) kemarin, dalam pertemuan dengan orang muda dalam rangkaian lawatannya ke Filipina, Paus mendapatkan pertanyaan penting dari Glyzelle yang mengakhiri pertanyaannya dengan tetesan air mata.

"Mengapa banyak anak-anak dibiarkan terlibat dalam narkoba dan prostitusi? Mengapa Allah membiarkan hal itu terjadi pada kami, anak-anak yang tidak bersalah?" tanya Glyzelle.

Paus lalu mendatangi Glyzelle dan anak laki-laki tunawisma yang berdiri di sampingnya. Di depan sekitar 30.000 hadirin, Paus mengatakan, yang disampaikan Glyzelle adalah pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Paus menyampaikan, setiap orang harus mulai belajar menangis untuk orang lain yang terpinggirkan dan menderita.

Kasih sayang dan empati dangkal dengan memberi sedekah tak lagi cukup. Paus mengajak hadirin memberikan perhatian tulus pada mereka yang miskin dan terpinggirkan sehingga mereka kembali memiliki harapan.

Paus mengakhiri lawatan di Filipina dengan misa yang dihadiri sekitar enam juta orang. Paus mengangkat dua isu penting, perubahan iklim dan pengendalian populasi, dua topik yang sebenarnya peka di negara dengan tingkat kelahiran tinggi dan kerentanan terhadap bencana alam.

Dari apa yang disampaikan Paus, kita bisa mencatat tiga hal penting yang juga ada relevansinya juga dengan yang kita hadapi.

Tentang pengendalian tingkat kelahiran, di Filipina masih ada silang pendapat, antara pendukung dan penentang keluarga berencana. Para pendukung berpendapat, RUU pengendalian kelahiran merupakan langkah penting untuk membantu perempuan, khususnya yang miskin, mengendalikan besar keluarga. Sementara Gereja Filipina, seperti dikutip The Wall Street Journal (19/1), menentang pengendalian kelahiran artifisial.

Tidak kalah penting adalah pesan Paus soal perubahan iklim saat Paus berkunjung ke Tacloban, wilayah yang dihantam topan Haiyan tahun 2013. "Tuhan telah menciptakan dunia sebagai satu taman indah dan meminta kita untuk memeliharanya," ujar Paus.

Namun, melalui dosa, kita telah merusak keelokan alam tersebut. Manusia juga ikut menghancurkan kesatuan dan keindahan keluarga, menciptakan struktur sosial yang meluaskan kemiskinan, kebodohan, dan korupsi, tambah Paus seperti ditulisInternational New York Times (19/1).

Tak ada topik yang lebih aktual dari tiga topik di atas. Kita berharap pesan penting tersebut dapat kita tangkap dan resapi maknanya.

Sumber: ‎http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011481608