Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 10 Februari 2015

TAJUK RENCANA: Menyegarkan Semangat Pers Bebas (Kompas)

Slogan "Pers Sehat, Bangsa Hebat" Hari Pers Nasional 2015 memperoleh penegasan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pidato HPN 2015, kemarin.

Hakikat slogan mencerminkan hasrat-semangat. Slogan HPN 2014 berbunyi "Pers Sehat, Rakyat Berdaulat". Penyegarannya merujuk pada situasi yang sudah dan sedang berlangsung, sekaligus prediksi dan harapan tahun berikutnya. Kebebasan pers, salah satu bentuk media massa, selain perlu dilindungi secara legal, juga harus diperjuangkan oleh masyarakat pers, khas Indonesia.

Pengalaman setahun lewat menunjukkan masalah independensi dan netralitas. Dengan idealisme demi kepentingan umum, jurnalisme dan praktik jurnalistik menjadi eksis. Keberadaannya diakui sebagai bagian masyarakat, dalam formulasi tugasnya sebagai pendidik dan sarana demokratisasi sekaligus unit bisnis.

Sebelum dan sesudah Pileg dan Pilpres 2014 berakhir, dalam konteks eksistensi media diwarnai wacana masalah independensi, pelan-pelan dependensi beberapa media mencair. Media kembali pada jati diri sebagai suara publik, menyuarakan kepentingan rakyat sebagai vox populi. Kembalilah independensi dan profesionalitas industri media.

Tahun 2014 tak begitu saja berakhir dengan terpilihnya perangkat parlemen dan pemerintahan di bawah presiden dan wapres. Moto "kerja, kerja, kerja" pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak tanpa rintangan. Komunikasi dan pengalaman berpolitik jadi syarat agar moto pemerintahan bisa jalan, walaupun kegiatan politik tidak bisa lepas dari wacana sebagai turunan demokratisasi.

Dinamika berdemokrasi terus berjalan dan segar dihidupi masyarakat, termasuk media sebagai ekstensinya (Marshall McLuhan), taruhlah contoh kasus calon Kapolri, yang bertali-temali terkait pemberantasan korupsi.

Dalam konteks di atas, seberapa besar obyektivitas yang jauh dari sikap keberpihakan pada kepentingan tertentu selain kepentingan umum menjadi faktor kredibilitas media bersangkutan. Masyarakat jeli memilih bagaimana media bisa secara cerdas menemukan modus vivendi yang simbiosis mutualistik antara demi kepentingan politik (idealisme) dan kepentingan ekonomi (bisnis).

Perjuangan kebebasan media identik dengan perjuangan mewujudkan kedaulatan. Identitasnya sama-sama sebagai entitas yang harus diperjuangkan, dan tidak akan pernah mencapai titik puncak. Pers sebagai pilar keempat di samping trias politika bisa semakin mewujud kalau digunakan dan dikembangkan secara bertanggung jawab.

Pers Sehat, Bangsa Hebat bukanlah sebuah titik akhir, melainkan proyeksi perjuangan tanpa henti. Di sana terletak keberanian memberikan tempat seluas-luasnya bagi berkuasanya daulat rakyat. Pers dan rakyat berada dalam satu bejana yang memperjuangkan kedaulatan masing-masing dan saling memperkaya, tidak dipetik dari langit, tetapi harus diusahakan dengan keberanian dan usaha keras, apabila perlu dengan tetesan darah.

Sumber: ‎http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011913285 


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger