Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 03 Maret 2015

TAJUK RENCANA Kekerasan Politik Harus Diakhiri (Kompas)

Puluhan ribu orang turun ke jalan di tengah kota Moskwa, Minggu (1/3), untuk mengenang Boris Nemtsov, tokoh oposisi, yang tewas ditembak.

Nemtsov (55) ditembak hingga tewas, Sabtu, ketika tengah berjalan kaki menyeberangi jembatan Bolshoy Moskvoretsky menuju Lapangan Merah, di dekat Kremlin. Tembakan dilepaskan dari dalam mobil yang melintas, dan empat peluru bersarang di punggungnya. Model Ukraina, Anna Duritskaya, yang berjalan bersamanya tidak cedera. Itu sebabnya, polisi menyatakan pembunuhan itu direncanakan dengan matang.

Nemtsov adalah musuh bebuyutan Presiden Vladimir Putin. Ia mengkritik kembalinya Putin sebagai presiden pada tahun 2012. Ia juga menentang keterlibatan Rusia di Ukraina dan mendesak perang segera diakhiri. Bukan itu saja, ia tengah mempersiapkan laporan yang berisi keterlibatan langsung pasukan Rusia dalam pasukan pemberontak di Ukraina timur sejak April 2014. Dan, ia dibunuh pada saat tengah mempersiapkan aksi unjuk rasa besar-besaran menentang pemerintah.

Penembakan terhadap tokoh oposisi, yang dikenal sebagai pengkritik keras pemerintah, memicu kemarahan di kalangan oposisi terhadap pemerintah. Mereka menyebut tindakan itu sebagai pembunuhan. Kekerasan politik tersebut tidak dapat diterima oleh siapa pun, apa pun alasannya. Itu sebabnya, kecaman internasional terus mengalir. Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris David Cameron mendesak penyelidikan segera dan menyeluruh.

Sejarah dunia menunjukkan bahwa kekerasan politik tidak akan dapat mengakhiri gerakan oposisi. Itu pula yang terlihat di Rusia. Lokasi jatuhnya Nemtsov, saat tewas tertembak, kini dipenuhi karangan bunga, lilin, dan ucapan dukacita. Puluhan ribu orang turun ke jalan di tengah kota Moskwa untuk mengenang kematiannya. Di antara spanduk yang dibawa berisi tulisan, "Dia Meninggal demi Masa Depan Rusia" dan "Dia Berjuang untuk Rusia yang Bebas".

Putin langsung menjadi "sasaran tembak". Apalagi, dalam wawancaranya dengan surat kabar Sobesednik, bulan lalu, Nemtsov mengungkapkan, ibundanya yang berusia 86 tahun khawatir Putin akan membunuhnya karena beroposisi. Untuk menunjukkan ketidakterlibatannya, Putin langsung mencela penembakan itu dan menyebutnya sebagai "provokasi". Dalam telegram dukacita yang dilayangkan kepada ibunda Nemtsov, Putin menyatakan bertekad menyeret pelakunya ke pengadilan.

Itu tugas yang berat bagi Putin karena ia harus segera menunjukkan, secara meyakinkan tentunya, bahwa ia tidak terkait dengan pembunuhan tersebut. Kita berharap, Putin tidak hanya bertekad untuk menyeret pelaku penembakan itu ke pengadilan, tetapi juga bertekad untuk mengakhiri terjadinya kekerasan politik di Rusia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Maret 2015, di halaman 6 dengan judul "Kekerasan Politik Harus Diakhiri".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger