Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 21 April 2015

TAJUK RENCANA: Kebencian, Itu Penyebab Utama (Kompas)

Afrika Selatan yang pernah dipuji-puji dunia karena berhasil menyingkirkan kebencian dan dendam karena politik apartheid kini terjerumus.

Afrika Selatan (Afsel) terjerumus dalam jerat xenofobia, takut terhadap orang asing. Dari takut ini, lantas menjadi benci; benci terhadap orang asing. Penyerangan terhadap orang asing di Durban, kota pelabuhan di timur Afsel, dan Johannesburg pekan lalu memberikan bukti tentang hal tersebut. Akibat kerusuhan itu, enam orang tewas dan ribuan orang mengungsi.

Secara sepintas, alasan yang mendasari gelombang xenofobia, mendasari kebencian tersebut, logis atau masuk akal. Pertama, angka pengangguran di Afsel tinggi, yakni 24 persen (jumlah penduduk 54 juta jiwa). Kedua, orang asing dianggap merebut pekerjaan warga pribumi—jumlah imigran gelap di Afsel sekitar 5 juta jiwa; sementara menurut data resmi dari The Forced Migration Studies Programme Universitas Witwatersrand, jumlah orang asing 1,6 juta hingga 2 juta jiwa. Angka kriminalitas juga tinggi.

Padahal, sebenarnya Afsel adalah negara yang kaya— baik sumber mineral maupun infrastruktur—sehingga menjadi destinasi orang kaya dari negara-negara Afrika lain.

Namun, pada saat bersamaan, sumber daya alam (mineral) tersebut hanya dikuasai sekelompok kecil orang kulit putih, kelompok minoritas yang jumlahnya tak lebih dari 20 persen. Memang, sejak berakhirnya politik apartheid, orang kulit berwarna secara perlahan menjadi berperan, termasuk menjadi kaya, tetapi jurang antara kaya dan miskin di negeri itu masih tetap lebar.

Pemerintah belum mampu menciptakan lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan. Pada saat yang sama, kebutuhan dasar mayoritas penduduk, seperti listrik dan air bersih, tentu juga rumah, belum juga tercukupi. Sementara itu, para pendatang lebih mau berusaha, misalnya dengan membuka toko dan juga pedagang kaki lima.

Dari sinilah persoalan bermula. Dengan demikian, alasan kebencian di atas yang tampaknya logis pun menjadi bias. Orang asing tidak sepenuhnya merebut lapangan pekerjaan karena mereka masuk ke sektor yang kurang diminati penduduk asli. Keberhasilan orang asing menimbulkan kecemburuan sosial, seperti di banyak negara lain. Maka, berkobarlah kebencian terhadap orang asing, yang dianggap sebagai "biang kerok" masalah sosial.

Akan tetapi, pada dasarnya, kebencian menjadi alasan utama yang menimbulkan sikap permusuhan. Hal seperti ini juga kerap terjadi di negara kita. Persoalan akan menjadi lebih rumit lagi kalau kebencian itu diwarnai agama. Maka, akan mudah menyulut ketegangan dan konflik.

Kebencian dan diskriminasi bertentangan dengan cita- cita demokrasi yang adalah kebebasan, keadilan, dan kedamaian. Ini juga menjadi PR Indonesia saat ini.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Kebencian, Itu Penyebab Utama".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger