Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 16 April 2015

TAJUK RENCANA: Komunikasi Virtual dalam Gawai (Kompas)

Ada lebih banyak gawai daripada jumlah penduduk di Indonesia. Banyak manfaat positif, tetapi perlu waspada pada dampak negatifnya.

Gawai—terjemahan dari kata bahasa Inggris gadget—terdiri dari telepon seluler, komputer genggam, dan komputer tablet, menurut jajak pendapat melalui telepon oleh Litbang Kompassudah menjadi kebutuhan primer, terutama pada anak muda.

Manfaat utama pada sebagian besar pengguna masih untuk komunikasi suara dan teks, meskipun penggunaan lain terus berkembang. Telepon seluler merupakan separuh lebih dari jumlah gawai yang dimiliki orang Indonesia menjawab kebutuhan karena praktis dan mudah digunakan. Jarak dan kondisi geografis tidak lagi menjadi masalah, sepanjang tersedia menara transmisi.

Besarnya kebutuhan akan gawai, terutama telepon seluler pintar, mendorong tumbuhnya industri penanaman modal dalam negeri maupun asing untuk memproduksi perangkat keras.

Begitu juga industri peranti lunak, mulai dari penyedia jaringan hingga aplikasi. Munculnya industri berbasis teknologi informasi ini melahirkan orang-orang kreatif di sejumlah kota. Mereka membuat aplikasi permainan hingga transaksi keuangan.

Perbankan, misalnya, diuntungkan dengan kehadiran gawai dan aplikasi keuangannya karena mengurangi biaya membangun kantor dan mengatasi masalah geografis negara kepulauan. Usaha kecil dan menengah memanfaatkan teknologi digital yang melekat pada gawai untuk memasarkan produk tanpa terhalang geografi dan batas negara.

Namun, seperti teknologi apa pun, ada pula sisi negatif yang muncul. Salah satunya untuk tindak kriminal, seperti penipuan melalui pesan yang dikirim, pembobolan bank, hingga pornografi. Yang juga terjadi belakangan, penggunaan gawai untuk perekrutan ke dalam kelompok ekstrem.

Kehadiran gawai telah mengubah cara bersosialisasi. Pada saat gawai menghubungkan orang-orang yang kita kenal di dalam suatu percakapan virtual, pada saat sama mengalienasi dari orang-orang di ruang publik yang menyusun suatu komunitas atau masyarakat. Pengembangan aplikasi telah memungkinkan orang yang tidak saling kenal berkomunikasi secara virtual, tanpa saling berbicara.

Kekhawatiran lebih jauh, kemampuan bersosialisasi dengan orang-orang dalam kehadiran fisik mengalami erosi dan melunturkan tingkat kepercayaan terhadap orang yang belum kita kenal. Padahal, suatu masyarakat dibangun berdasarkan rasa saling percaya, termasuk pada orang- orang yang tidak kita kenal.

Pada tahap penggunaan gawai telah menagih, berdekatan secara fisik tidak serta-merta menghasilkan komunikasi dan kedalaman hubungan, misalnya, antara orangtua dan anak-anaknya.

Dengan segala manfaat positif gawai, perlu juga disadari ada dampak lain yang tidak diinginkan, termasuk dalam hubungan sosial kita.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Komunikasi Virtual dalam Gawai".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger