Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 01 April 2015

TAJUK RENCANA: Rembuk Pendidikan dan Kebudayaan


TAJUK RENCANA

Rembuk Pendidikan dan Kebudayaan

Ikon konten premium Ikon jumlah hit 8 dibaca Ikon komentar 0 komentar

Judul resminya Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2015. Pertemuan dimaksudkan sebagai sumbang saran masukan bagi Kemdikbud.

Tak ada maksud mementahkan maksud mulia menjaring aspirasi masyarakat yang diwakili 916 peserta. Acara ini bermanfaat ketika jadi komplementer bahan pertimbangan keputusan strategis. Mubazir, ketika masukan hanya memuaskan dahaga masyarakat memperoleh sarana pelepasan unek-unek, turunan rasa memiliki.

Permasalahan praksis pendidikan dan kebudayaan amat luas dan bertali-temali. Agar rembukan produktif, perlu ditentukan fokus. Fokus itu mendasar, menyasar berbagai persoalan menukik dan mendesak.

Kalau kerangka strategis seperti dimaksudkan Mendikbud Anies Baswedan, berarti ada tiga fokus, penguatan aktor pendidikan, peningkatan mutu dan akses pendidikan, serta peningkatan efektivitas tata kelola birokrasi. Pilihan ketiga kerangka strategis itu benar (bener), tetapi dalam konteks kepentingan perencanaan strategis rasanya kurang tepat (pener).

Kita harapkan rembukan dua hari itu tidak rigid dalam tiga kerangka strategis, bukan juga hanya ungkapan ketidakpuasan, melainkan masukan yang menyangkut permasalahan pendidikan yang mendasar, strategis, dan mendesak diselesaikan.

Di antara banyak masalah, sekadar contoh kita tawarkan beberapa, bagaimana dilakukan langkah strategis agar bonus "emas" demografi 2020-2030 tidak menjadi "loyang" (dalam arti bencana), bagaimana langkah riil mengatasi ketersediaan sarana dan infrastruktur yang memadai utamanya guru, bagaimana birokrasi bisa efektif dan efisien memanfaatkan ketersediaan dana?

Semua bicara bahwa pendidikan itu fondasi kehidupan. Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten, terampil, jujur, dan berkarakter tergantung dari pendidikan. Semua bicara tentang bagaimana pendidikan sebaiknya diselenggarakan. Demikian terus berulang, padahal kondisi di lapangan selalu kontradiktif.

Ketertinggalan mutu hasil didik dibandingkan dengan negara lain hanya sebatas jadi pengetahuan, belum jadi pelecut yang menghardik. Tak ada rasa bersalah ketika Malaysia di tahun '70-an mengirim guru mereka sekolah di sini, atau Vietnam yang di tahun '70-an belajar menanam padi di sini sekarang jadi pengekspor beras terbesar.

Rembukan Dikbud 2015 produktif sebagai bahan masukan kementerian, kalau berpijak pada kondisi persoalan aktual kita, dengan acuan demi praksis pendidikan di masa depan. Namun, kalau rembukan hanya ajang angan-angan, cita-cita, harapan, unek-unek, apalagi utopia, akan terjadi seperti yang selalu terjadi dalam acara serupa selama ini.

Kita berharap Kemdikbud tidak hanya menangkap angin, badai, bahkan petir! Pun, tidak menempatkan acara ini sekadar seremoni basi: begitu acara selesai, bubar jalan!

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Rembuk Pendidikan dan Kebudayaan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger