Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 15 Mei 2015

”Ignoratio Elenchi”‎ (ANDRI FRANSISKUS GULTOM)

Tulisan Saifur Rohman, "Gagalnya Filsafat Pertama Pendidikan" (Kompas, 23/4), menarik karena mengangkat kasus kekerasan fisik yang dilakukan anggota DPR. Simpulan tulisan Rohman atas kekerasan tertuju pada kegagalan filsafat pertama pendidikan. Kekhawatiran filosofisnya bermula dari tiga pertanyaan: dampak kekerasan anggota DPR terhadap kebijakan; pelanggaran terbesar para anggota DPR dalam lokus etika; dan pendidikan yang pantas bagi politikus kalap.

Kasus kekerasan anggota DPR, bagi saya, mesti dilihat dari beragam sudut pandang. Rohman terlalu "terburu-buru" menautkan dua kasus kekerasan dengan sadisme ala Marquis de Sade. Yang jadi duduk perkara, dari mana Rohman tahu anggota DPR mengidap patologi sadisme? Cukupkah dua kasus, "tinju di toilet" dan "meja porak poranda" imbas emosi Hasrul Azwar yang dikutip Rohman, jadi fakta praktik sado- masokhis?

Kedua fenomena itu, bagi saya, inkoheren karena lepas dari konteks histori-filosofis. Sadisme De Sade bisa ditemukan dalam karyanya, Philosophy in The Bedroom. Konteks histori-filosofis terjadi di Perancis pada abad ke-19 dalam penyimpangan hasrat seksual subyektif De Sade yang berimbas paradoks. Seksualitas De Sade tampak paradoks: sakit sekaligus nikmat. Paradoks adalah kondisi atau pernyataan yang terdengar bertentangan atau tak masuk akal, tetapi sesungguhnya menyimpan kebenaran lebih utuh.

Situasi paradoksal inilah yang coba "dihubung-hubungkan" Rohman dengan tindak merusak, memukul, dan memorakporandakan benda-benda. Yang mengherankan saya, bagaimana Rohman secara agak mengejutkan menautkan kekerasan fisik dengan sadisme? Padahal, "tinju di toilet" dan "meja porak poranda" belum cukup dikategorikan sebagai tindakan sadistis, apalagi keji. Dari sini, ada pergeseran penalaran, dari dugaan berubah menjadi kesimpulan. Pergeseran penalaran ini terasa kurang relevan, atau yang saya sebut sebagaiignoratio elenchi.

ANDRI FRANSISKUS GULTOM, MAHASISWA PASCASARJANA ILMU FILSAFAT UNIVERSITAS GAJAH MADA, YOGYAKARTA

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Mei 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger