Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 23 Mei 2015

TAJUK RENCANA: Peringkat Layak Investasi RI (Kompaas)

Di tengah penurunan kepercayaan pada kepemimpinan Jokowi-Kalla di dalam negeri, kinerja di bidang ekonomi justru mendapat pengakuan dari lembaga internasional.

Pengakuan antara lain diberikan lembaga pemeringkat utang dunia Standard & Poor's (S&P) dengan mempertahankan peringkat utang RI yang sekarang dan menaikkan prospek peringkat utang RI dari stabil menjadi positif. Denganoutlook positif, ada kemungkinan peringkat utang BB+ (di bawah peringkat layak investasi) sekarang ini ditingkatkan menjadi layak investasi setahun ke depan.

Status layak investasi (investment grade) dari S&P akan melengkapi status layak investasi yang diberikan dua lembaga lain, Fitch dan Moody's. RI kehilangan peringkat layak investasi pada krisis finansial 1997 dan baru kembali ke status itu setelah Fitch menaikkan peringkat utang RI dari BB+ ke BBB- pada Desember 2011, disusul Moody's dari Ba1 ke Baa3 dengan prospek stabil Januari 2012.

Peningkatan prospek peringkat utang oleh S&P diberikan sejalan dengan membaiknya ketahanan ekonomi RI di tengah tekanan domestik dan global, perbaikan efektivitas kebijakan, serta penguatan fiskal dan cadangan devisa. Salah satu langkah yang dipuji adalah pengurangan subsidi BBM yang membuka ruang bagi pembiayaan kegiatan produktif, seperti infrastruktur dan pembangunan sosial.

Predikat layak investasi penting bagi Indonesia bukan saja sebagai pengakuan atas solidnya ketahanan ekonomi, melainkan juga meningkatkan kepercayaan bisnis dan menunjukkan negara ini surga aman untuk investasi. Banyak lembaga investasi dunia hanya mau berinvestasi di negara berperingkatinvestment grade. Peringkat layak investasi juga membuka akses ke pembiayaan yang lebih murah.

Namun, peringkat layak investasi tak terjadi secara otomatis. Diperlukan kerja keras. Kenaikan peringkat utang sering dikaitkan dengan prospek pertumbuhan ekonomi, rasio utang terhadap PDB, dan stabilitas makro.

Salah satu prasyarat yang dikemukakan S&P, perbaikan dalam kualitas belanja pemerintah. Tantangan kita, bagaimana menggenjot belanja negara dan penyerapannya guna menstimulasi pertumbuhan. Realisasi belanja yang sangat rendah membuat perekonomian triwulan I macet.

Selain itu, menjaga defisit neraca transaksi berjalan (NTB) pada posisi aman dan pengendalian utang luar negeri pemerintah dan swasta yang angkanya terus meningkat. Risiko NTB meningkat akibat pelambatan ekonomi negara-negara pasar ekspor utama Indonesia. Meningkatnya defisit NTB dan utang luar negeri membuat kita rentan terhadap gejolak eksternal, tekanan nilai tukar, dan hengkangnya modal asing dari Indonesia.

Kerentanan bisa ditekan dengan menggenjot belanja negara, khususnya infrastruktur, mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas dengan lebih mendorong ekspor manufaktur, memperdalam pasar uang/pasar modal domestik untuk tekan ketergantungan pada utang luar negeri. Langkah penting lain, memperbaiki iklim kebijakan agar perbaikan peringkat utang berdampak pada ekonomi riil Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2015, di halaman 6 dengan judul "Peringkat Layak Investasi RI".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

1 komentar:

Powered By Blogger