Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 20 Mei 2015

Tajuk Rencana: Sikap Tegas Vatikan soal Palestina (Kompas)

Keputusan Vatikan, pekan lalu, mengakui Palestina sebagai negara adalah sebuah langkah tegas dan penuh makna, sekaligus sebuah terobosan.

Kita katakan sebagai langkah tegas karena Vatikan tidak memedulikan sikap dan keinginan baik Israel maupun AS soal pengakuan Palestina sebagai negara. Israel dan AS selalu mengatakan, pengakuan Palestina sebagai negara hanya diperoleh sebagai hasil dari sebuah perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina. Karena itu, mereka selalu berpendapat dan berpendirian bahwa langkah di luar hal di atas hanya akan menghambat perundingan perdamaian.

Pengakuan Vatikan terhadap kenegaraan Palestina—seperti dinyatakan dalam perjanjian yang disebut "Comprehensive Agreement" sebagai penjabaran "Fundamental Agreement" yang ditandatangani pada tahun 2000; dalam perjanjian itu Vatikan berjanji mendukung status khusus Jerusalem yang menjamin keamanan bagi umat tiga agama Abrahamik, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam, menunaikan ibadah, sebaliknya Palestina berjanji memberikan kebebasan beragama—sarat makna.

Makna pertama, tentu secara politis Vatikan menegaskan sikapnya bahwa Palestina memiliki hak seperti negara-negara lain, yakni menjadi negara merdeka, terbebas dari penjajahan negara lain. Sebenarnya, penyebutan "Negara Palestina" sudah tertulis dalam komunike diplomatik sejak November 2012. Bahkan, sebelumnya, pada 1994, Vatikan sudah membuka hubungan diplomatik dengan Palestina, yang diwakili PLO. Sekarang, kata "PLO" diganti dengan "Negara Palestina".

Secara moral, pengakuan Vatikan sangat besar artinya. Vatikan bukan negara biasa. Vatikan mewakili ratusan juta bahkan lebih dari semiliar umat Katolik di seluruh dunia, termasuk di Palestina. Karena itu, secara teoretis pengakuan Vatikan juga berarti pengakuan seluruh umat Katolik di dunia terhadap Palestina sebagai negara.

Hal itu lebih jauh bermakna bahwa pengakuan Vatikan bukan hanya ungkapan, melainkan penegasan bahwa konflik Israel dan Palestina bukan soal agama, seperti dinyatakan sementara pihak selama ini. Banyak pihak yang menyatakan konflik Israel-Palestina adalah konflik antara Islam dan Kristen. Bukan! Tetapi, konflik kedaulatan. Bangsa Palestina berjuang untuk melawan kekuatan pendudukan, yakni Israel yang merebut, menduduki, dan menguasai tanahnya, wilayahnya.

Oleh karena itu, kita berharap pengakuan Vatikan, menyusul sejumlah negara Eropa—meski tidak diinginkan baik oleh Israel maupun AS—dapat mendorong pencepatan proses perdamaian dan menginspirasi banyak negara lain untuk mengakui kemerdekaan negara Palestina. Meski kita sadar bahwa jalan panjang dan rumit masih harus ditempuh.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Mei 2015, di halaman 6 dengan judul "Sikap Tegas Vatikan soal Palestina".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger