Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 25 Mei 2015

TAJUK RENCANA: Timur Tengah Zona Bebas Nuklir (Kompas)

Andai kata gagasan untuk menjadikan Timur Tengah sebagai zona bebas nuklir benar-benar terwujud, hal itu besar artinya bagi perdamaian.

Diskusi mengenai Timur Tengah menjadi zona bebas nuklir dan senjata pemusnah massal muncul pada hari terakhir pengkajian Perjanjian Nonproliferasi nuklir di PBB. Masalah tersebut sudah berbulan-bulan dibahas, tetapi belum sampai pada kesimpulan yang menghasilkan kesepakatan, termasuk larangan pengadaan senjata pemusnah massal di Timur Tengah.

Isu senjata pemusnah massal inilah yang dulu menjadi salah satu alasan mengapa Amerika Serikat dengan banyak negara menggempur Irak dan menjatuhkan Saddam Hussein. Meskipun pada akhirnya kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak tersebut tidak terbukti, Irak sudah telanjur hancur.

Kita juga mendengar dan membaca berita bahwa perang saudara, sektarian, perang proksi di Suriah juga diwarnai oleh penggunaan senjata pemusnah massal. Karena itu, kalau sekarang isu tersebut diangkat lagi—tentu harapannya juga berlaku untuk belahan dunia lainnya—adalah sangat menarik dan penting. Kita menyaksikan ketegangan di kawasan Timur Tengah—misalnya antara Israel dan Iran—juga berkait dengan masalah tersebut, nuklir. Kedua negara saling ancam untuk menyerang. Apa jadinya apabila perang benar-benar pecah.

Timur Tengah merupakan kawasan, zona yang panas; yang nyaris tidak pernah dingin, diwarnai konflik senjata. Rakyat di sejumlah negara di kawasan itu hampir tidak pernah menikmati masa damai. Jika di negara seperti itu, dan dipimpin oleh orang yang gampang tersulut emosi, memiliki nafsu ekspansionis atau juga memegang ideologi yang membenarkan jalan kekerasan, tak pelak lagi kehancuran yang akan datang.

Bahkan terakhir diberitakan, kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menyatakan bisa memiliki senjata nuklir. Kalau hal itu menjadi kenyataan, alangkah gelapnya dunia Timur Tengah. Sekarang saja, sepak terjang NIIS tanpa senjata nuklir pun sudah membuat, sekurang-kurangnya, Irak dan Suriah keteteran menghadapinya.

Salah satu alasan mengapa larangan pengembangbiakan nuklir sulit dipatuhi—termasuk di Timur Tengah—adalah adanya perlakuan yang tidak adil. Mengapa hanya, misalnya, Iran saja yang didorong-dorong, ditekan untuk tidak mengembangkan senjata nuklir, sementara Israel dibiarkan? Bukankah ini perlakuan yang tidak adil. Perlakuan tidak adil inilah yang juga memunculkan banyak persoalan di dunia ini, termasuk munculnya terorisme dan radikalisme.

Pada akhirnya, kita sangat berharap bahwa gagasan menjadikan Timur Tengah sebagai zona bebas nuklir benar-benar akan terwujud.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Mei 2015, di halaman 6 dengan judul "Timur Tengah Zona Bebas Nuklir".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger