Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 17 Juni 2015

TAJUK RENCANA: Penyuapan Picu Ketegangan (kompas)

Hubungan antara Indonesia dan Australia menegang menyusul tuduhan penyuapan yang dilakukan oleh Australia terkait imigran ilegal.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur Ajun Komisaris Besar Ronalzie Agus mengatakan, kapten dan awak kapal diberi 5.000 dollar AS (sekitar Rp 66,7 juta) untuk memutar kapal kembali ke Indonesia. Mereka diberi bahan bakar dan satu kapal baru untuk menampung imigran. Barang bukti berupa uang dollar AS itu kini disimpan polisi.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, tindakan Australia itu termasuk penyuapan dan bertentangan dengan etika hubungan antarnegara. Pemerintah Indonesia menunggu respons Australia atas tuduhan penyuapan itu. Sabtu (13/6), Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menanyakan hal itu kepada Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson, tetapi hingga kini belum dijawab.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop yang diharapkan memberikan jawaban atas tuduhan itu, Senin lalu, malah menyalahkan Indonesia. Ia menilai, Indonesia gagal menjaga perbatasan lautnya sehingga imigran gelap leluasa pergi ke Australia.

"Kapal Indonesia dengan kru Indonesia, yang difasilitasi oleh sindikat penyelundup manusia, meninggalkan Indonesia dengan maksud melanggar kedaulatan kami," kata Bishop.

Kita berharap hubungan yang menegang itu tidak semakin tegang karena dipicu oleh perang pernyataan di media massa. Pemerintah Indonesia dan Australia perlu duduk bersama-sama dan membicarakan masalahnya. Oleh karena jika kita mengikuti masalahnya dengan saksama, baik Australia maupun Indonesia sama-sama memiliki sesuatu hal yang perlu dijelaskan.

Pemerintah Australia perlu menjelaskan apakah penyuapan seperti yang dituduhkan Indonesia itu benar-benar terjadi. Kalau benar, Australia pun perlu menjelaskan mengapa penyuapan itu dilakukan.

Sebaliknya, Pemerintah Indonesia juga perlu menjelaskan, jika Indonesia menyatakan bersedia dan siap menampung sementara imigran gelap sebelum ditempatkan di negara ketiga, mengapa ada kapal dan kru Indonesia yang menyelundupkan imigran gelap ke wilayah Australia.

Kita tahu hidup bertetangga tidak mudah, diperlukan rasa saling percaya dan saling menghormati di antara negara yang bertetangga. Itu sebabnya, kita berharap Indonesia dan Australia membuktikan bahwa mereka memiliki rasa saling percaya dan saling menghormati sehingga mau duduk bersama dan menyelesaikan masalah yang timbul di antara mereka dengan baik.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Juni 2015, di halaman 6 dengan judul "Penyuapan Picu Ketegangan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger