Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 01 Juli 2015

Peremajaan Bus Transjakarta//Bojonggede Rusak//Tertipu IndiHome (surat pembaca Kompas)

Peremajaan Bus Transjakarta

Saya adalah pengguna transjakarta di Koridor II, IV, dan VI. Kualitas bus di Koridor VI sangat tidak layak. Kaca pembatas tempat duduk pecah dan pecahannya pernah menggores saya, penyejuk udara tidak dingin, lampu mati, dan pintu bus, terutama pintu belakang, terkadang belum tertutup meski bus sudah jalan, jarak tunggu 20 menit, dan sopir mengebut kalau penumpang kosong.

Kondisi serupa terjadi di Koridor II, tetapi bus di Koridor II masih lebih cepat datang dibandingkan Koridor VI. Namun, kondisi fisik bus tidak sama reyotnya. Untuk Koridor IV, meski busnya sudah diganti, kenyataannya banyak bus baru yang penyejuk udaranya rusak.

Saya mendengar berita bahwa PT Transjakarta mendatangkan bus merek Scania untuk meremajakan armada lama. Namun, karena bus gandeng, bus tersebut tidak bisa beroperasi di Koridor II, IV, dan VI. Padahal, koridor tersebut lebih darurat diremajakan dibandingkan Koridor I yang kondisi fisik busnya masih sangat layak.

Apakah Pak Gubernur pernah menginspeksi ke koridor tersebut? Wajar bila masih banyak kendaraan pribadi yang digunakan di Jakarta mengingat tak semua koridor transjakarta menyediakan bus yang layak, aman, dan nyaman.

KARYADI, TAMAN HARAPAN BARU, BEKASI


Bojonggede Rusak

Kondisi Jalan Raya Bojonggede, jalan utama dari arah Bojonggede ke Depok, rusak. Begitu juga sebaliknya.

Sudah hampir sebulan kondisi jalan sangat memprihatinkan, terutama di depan SPBU. Air dari kali menggenangi jalan sehingga tampak seperti waduk dan mengakibatkan jalan rusak. Lalu lintas pun menjadi macet dan banyak kendaraan mogok.

Di kawasan itu juga banyak pengembangan kompleks perumahan baru. Mobil truk lalu lalang membawa material bangunan, berkontribusi merusak jalan.

Mohon kepada aparat yang terkait, apakah Camat Bojong Gede atau Wali Kota Bogor, untuk segera memperbaiki jalan tersebut berikut lingkungannya.

NURCAHYO, KOMPLEKS ATSIRI, CITAYAM


Tertipu IndiHome

Saya tinggal di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, punya pengalaman tak menyenangkan atas pelayanan IndiHome, yang gencar dipromosikan Telkom.

Akhir Maret 2015, telemarketingmenawarkan paket IndiHome. Saya menyetujuinya. Saya hanya diminta menyiapkan fotokopi KTP dan meterai untuk berkas-berkas pengajuan.

Sore harinya, Jumat, petugas dari Telkom Cibitung, Bekasi, datang. Ia membawa satu perangkat modem Wi-Fi, kemudian menginstalnya. Karena belum selesai dan hari menjelang malam, petugas menyampaikan bahwa instalasi akan diteruskan esok harinya (Sabtu).

Namun, pada Sabtu petugas tidak datang, demikian juga pada hari-hari berikutnya. Saya juga sudah menelepon 147 atas nama Septiana, nomor pemasangan 021-891082xx (telepon atas nama orangtua: Suhli). Dalam catatan 147, instalasi masih on progress, jadi saya masih menunggu.

Permasalahan baru muncul setelah tagihan Telkom April tidak sesuai pemakaian. Saya mendatangi Plasa Telkom Cibitung, dan bertemu Ibu Delly.

Saya jelaskan semua instalasi IndiHome belum terpasang apalagi digunakan, mengapa sudah ada tagihan. Ibu Delly mengecek data komputernya, dan masih tahap on progress instalasi. Akhirnya tagihan tersebut diputihkan, saya hanya membayar pulsa telepon yang digunakan, dan dibuatkan surat pengaduan.

Ternyata masalah yang sama kembali muncul pada Mei. Saya kembali ke Plasa Telkom Cibitung dan bertemu Ibu Delly lagi. Ibu Delly menyampaikan maaf dan tagihan kembali diputihkan. Saya juga dibuatkan lagi surat keluhan pelanggan, surat pernyataan berhenti berlangganan IndiHome. Bukti surat sebelumnya diminta dan diganti baru. Sampai di sini saya merasa lega dan tenang.

Ternyata, pada 25 Juni muncul dua tagihan, Rp 104.826 dan Rp 319.586. Tagihan pertama saya lunasi dan tagihan kedua saya komplain. Akhirnya saya kembali ke Plasa Telkom Cibitung dan dilayani Ibu Melati.

Ketika saya jelaskan ulang permasalahan saya, tanpa permintaan maaf dan tidak ramah, ia menjawab tagihan tidak bisa dibatalkan karena pimpinan tidak ada di tempat dan saya diminta kembali bulan berikutnya jika ada tagihan. Bahkan, Ibu Melati dengan "pede" memerintah saya mengantarkan modem yang masih terpasang di rumah.

Sungguh tidak profesional, program dan karyawan Telkom sebagai perusahaan besar.

SEPTIANA, CIKARANG, BEKASI

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Juli 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat kepada Redaksi ".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger