Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 04 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Ujian Berat bagi El-Sisi (kompas)

Dua tahun setelah menjadi orang nomor satu di Mesir, Abdel Fattah el-Sisi menghadapi ujian berat untuk membuktikan kepemimpinannya.

Serangkaian aksi teror—yang antara lain menewaskan Jaksa Agung Hisham Barakat hari Senin lalu, kemudian pertempuran antara kelompok radikal bersenjata dan militer di kawasan Semenanjung Sinai—dalam beberapa hari terakhir memberikan gambaran betapa tingginya tekanan terhadap pemerintahan Presiden Abdel Fattah el-Sisi. Pertempuran di Sinai menjadi petunjuk yang sangat jelas tentang masih kuatnya kelompok radikal bersenjata, yang menyatakan berafiliasi dengan NIIS. Mereka, menurut para pengamat militer, adalah kelompok yang terlatih dan memiliki disiplin.

Kita mencatat, sejak presiden pertama setelah Revolusi Musim Semi, yang dipilih lewat pemilu demokratis, Muhammad Mursi disingkirkan, Mesir seperti terjerumus dalam perang saudara. Apalagi setelah pemerintah El-Sisi juga menyatakan bahwa pendukung utama Mursi, Persaudaraan Muslim, sebagai organisasi terlarang, keamanan di Mesir terganggu.

Langkah El-Sisi untuk menyingkirkan—bahkan menumpas semua pendukung Mursi—dengan menjatuhkan hukuman sangat berat, yakni hukuman seumur hidup dan hukuman mati terhadap ratusan bahkan ribuan pendukung Mursi, semakin membuat negeri itu terjerat dalam perseteruan antar-anak bangsa. Hal itulah yang kemudian memberikan peluang bagi masuknya kelompok NIIS.

Kebijakan itu telah mendorong semakin tumbuh dan berkembangnya kelompok oposisi garis keras. Selain itu, kebijakan pemerintah El-Sisi itu juga telah menjadi semacam perekat berbagai kelompok garis keras dan radikal. Semangat untuk melawan dan membalas tindakan pemerintah menjadi semacam kredo bagi mereka.

Sangat bisa dipahami kalau pada mulanya pemerintah El-Sisi mencanangkan dua pilar utama: penciptaan stabilitas keamanan dan kemudian pemulihan serta pembangunan ekonomi. Akan tetapi, dengan meningkatnya aksi kekerasan itu, terbukti untuk sampai saat ini, pilar pertama—penciptaan stabilitas keamanan—belum terwujud atau tegasnya, gagal.

Kegagalan pilar pertama akan sangat memengaruhi keberhasilan dan kegagalan pilar kedua: pemulihan serta pembangunan ekonomi. Bagaimana mungkin pembangunan ekonomi dapat berjalan kalau stabilitas keamanan tidak mendukung? Stabilitas keamanan merupakan syarat pertama dan utama bagi terwujudkan pemulihan dan pembangunan ekonomi.

Tidak ada jalan lain bagi El-Sisi selain bersikap dan bertindak tegas melawan kelompok bersenjata kalau ingin mendapat dukungan rakyat yang sangat mengharapkan pulihnya perekonomian Mesir.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Ujian Berat bagi El-Sisi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger