Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 29 Oktober 2015

Iklan Rokok Menyesatkan//Tanggapan BNI//Di Luar Batas Antar (Surat Pembaca Kompas)

Iklan Rokok Menyesatkan

Di banyak papan iklan di perempatan jalan dan lokasi strategis Jabodetabek—dan mungkin kota-kota lain di Indonesia—terpampang iklan rokok yang menggambarkan tiga anak muda (dua laki-laki, satu perempuan) dengan ransel di punggung di perempatan luas dan tandus. Seolah mereka sudah tersesat jauh.

Saya tidak akan membicarakan bahasa iklan rokok yang sering tidak memakai bahasa Indonesia baku, bahkan cenderung merusak bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saya prihatin juga dengan penggunaan bahasa slang yang tidak betul itu. Akan tetapi, saya lebih prihatin lagi dengan bunyi iklan yang terasa sombong dan meremehkan nasihat.

Seperti diketahui, kita mewarisi nasihat dari para sesepuh kalimat santun bersayap "malu bertanya sesat di jalan" yang diajarkan di seluruh wilayah Nusantara. Namun, dalam iklan rokok tersebut, petuah yang arif itu dijungkirbalikkan menjadi "mending tersesat daripada nanya".

Betapa rancunya jalan pikir ini.

Mungkin tim kreatif iklan rokok tersebut merasa bangga bisa membuat kalimat-kalimat beda, nyeleneh, atau ngeledek. Namun, dari lubuk hati nan dalam, izinkanlah saya bertanya. Apakah tidak disadari bahwa jargon tersebut secara tak sadar juga telah meracuni pola pikir generasi penerus dengan kalimat "kurang ajar" yang menjungkirbalikkan suatu nasihat bijak?

Bukankah demi keselamatan menuju masa depan tidak perlu malu untuk bertanya (supaya tidak tersesat)?

MUCHWARDI MUCHTAR

Bekasi 17112

Tanggapan BNI

Terkait surat pembaca Bapak Adolf Silvanus P Manurung (Kompas, 7/10) tentang "Kartu Kredit Bobol", berikut kami sampaikan tanggapan.

BNI telah menghubungi Bapak Adolf untuk menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami. Kami juga telah memverifikasi sanggahan transaksi dan menyepakati solusi penyelesaian masalah.

Terima kasih atas kepercayaannya menggunakan produk dan layanan BNI.

TRIBUANA TUNGGADEWI

Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Di Luar Batas Antar

Saya berjualan online di Tokopedia. Pada 23 September 2015, saya mengirim barang dagangan kepada pembeli di Mijen, Demak, memakai perusahaan jasa kurir Tiki Cabang Kartini, Bekasi.

Selain ongkos layanan kirim reguler Rp 33.500 dan biaya administrasi Rp 1.500, saya dikenai biaya pengepakan Rp 14.000 untuk menghindari risiko pecah karena kiriman berupa keramik. Menurut petugas Tiki, barang akan sampai sekitar tiga hari.

Pada 25 September, menurut sistem penelusuran (tracking) Tiki, kiriman saya sudah tiba di Kudus.. Saya mengira tidak lama lagi kiriman akan tiba di tujuan. Namun, lima hari sejak barang dikirim, saya mendapat keluhan dari pembeli karena masa pengiriman terlalu lama.

Ketika pada 1 Oktober mengecek pembayaran di Tokopedia karena mengira transaksi pasti sudah berhasil, saya malah mendapat informasi, pembeli saya membatalkan pembelian dan meminta pengembalian dana.

Saya tidak percaya barang kiriman saya masih belum sampai juga. Esoknya, saya mendatangi kantor Tiki. Petugas layanan pelanggan bernama Fajar meminta saya sabar karena status pengiriman barang saya masih belum jelas di Demak. Dia berjanji akan mengabari saya, tetapi ternyata tidak pernah menghubungi.

Tanggal 5 Oktober, saya datang lagi ke kantor Tiki dan kata petugas yang lain, Tiki Demak susah dihubungi. Katanya, jika Tiki Demak sudah bisa dihubungi, saya akan diberi tahu status barang saya. Siang harinya, pukul 14.30, petugas itu memastikan, kiriman saya tidak bisa sampai ke tujuan karena alamat tersebut berada di luar wilayah antar Tiki.

Saya lalu diberi dua pilihan: pembeli diminta mengambil kiriman di kantor Tiki Demak atau barang itu dikirim kembali (diretur) ke Bekasi.

Saya putuskan barang diretur dan meminta kompensasi kerugian. Namun, petugas bilang, tidak ada ganti rugi untuk layanan reguler, bahkan semua ongkos yang sudah saya keluarkan pun tidak diganti. Penggantian biaya hanya berlaku untuk layanan pengiriman cepat ONS (one night service).

Setelah lewat tiga hari, saya belum juga mendapat informasi nasib barang saya yang diretur. Saya harus menelusuri sendiri untuk mengetahui bahwa barang saya sudah diretur. Ketika pada 12 Oktober barang saya ambil, tidak ada kata maaf ataupun terima kasih dari petugas Tiki.

SOEGIONO

Taman Alamanda E5 Bekasi

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Oktober 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

1 komentar:

  1. Blog yang bagus.
    Paling tidak berlaku peribahasa Latin : "Yang ditulis abadi, yang diucpkan hilang".

    Teruskanlah mengklipping hal-hal yang berisi kiritik bagi Sang Pemimpin di sekitar kita.

    Salam........................,
    mmm***

    BalasHapus

Powered By Blogger