Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 03 Oktober 2015

Tajuk Rencana: Dukungan untuk Palestina Membesar (Kompas)

Bendera Palestina untuk pertama kali dikibarkan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, Rabu (30/9).

Bendera Palestina itu dipasang berjajar bersama-sama dengan bendera dari 193 negara anggota PBB. Dalam peristiwa yang dihadiri ratusan diplomat dan wartawan dari sejumlah negara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, "Palestina, yang saat ini statusnya di PBB sebagai peninjau tetap, pantas menerima pengakuan penuh dan keanggotaan penuh di PBB."

Dalam kaitan itulah Abbas mengimbau agar negara-negara yang saat ini belum mengakui status Palestina untuk melakukannya.

Majelis Umum PBB pada 10 September lalu memutuskan untuk mengizinkan Palestina dan Vatikan mengibarkan bendera di Markas Besar PBB. Keputusan itu didukung oleh 119 negara, 45 negara abstain (tidak memberikan suara), dan 8 negara menolak, termasuk Amerika Serikat, Israel, Australia, Kanada, dan Uganda.

Kita gembira dengan pencapaian Palestina itu karena hal tersebut menunjukkan besarnya dukungan negara anggota PBB terhadap kemerdekaan Palestina dan keanggotaan penuh mereka di PBB. Namun, kita juga menyadari bahwa perjalanan Palestina untuk membentuk negara Palestina yang merdeka masih panjang.

Masa depan Palestina sangat tergantung kepada Israel dan kepada Dewan Keamanan PBB sebagai organ PBB yang memiliki kemampuan memaksa Israel untuk mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina. Dan, hingga kini, semua resolusi untuk mengakhiri pendudukan Israel di wilayah Palestina ditolak oleh DK PBB.

Kepada Majelis Umum PBB, Abbas melaporkan, penolakan Israel untuk mematuhi perjanjian-perjanjian sebelumnya dan membebaskan tahanan Palestina, serta tetap melanjutkan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerusalem timur, telah membuyarkan harapan Palestina untuk membentuk negara yang merdeka.

Kita sempat gundah ketika Abbas mengatakan, kesabaran Palestina sudah berakhir dan menggambarkan bahwa situasi saat ini sudah tak tertahankan lagi. Namun, kemudian kita dibuat gembira karena Abbas mengatakan bahwa kekerasan bukan pilihan. "Kami tidak akan melakukan kekerasan, kami memilih perdamaian dan cara-cara hukum untuk mewujudkan (terbentuknya negara Palestina yang merdeka)," ujar Abbas.

Kekerasan pasti bukan pilihan karena kekerasan hanya akan memicu terjadinya kekerasan baru yang lebih hebat. Dan, yang menjadi korban biasanya adalah rakyat yang tidak berdosa.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Oktober 2015, di halaman 6 dengan judul "Dukungan untuk Palestina Membesar".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger