Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 01 Oktober 2015

TAJUK RENCANA: Gerakan Bersama Pancasila Sakti (Kompas)

Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila dilakukan tiap tanggal 1 Oktober sejak tahun 1966 hingga terakhir dilaksanakan tahun 2014.

Tahun ini pertama kali diselenggarakan peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945 yang merakyat dan meriah di Blitar, Jawa Timur. Berbeda dengan upacara Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya yang beraroma militer, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla mewujudkannya, antara lain, dengan memberi bobot kerakyatan dalam acara Hari Lahir Pancasila selain Hari Kesaktian Pancasila.

Gerakan membumikan Pancasila, setelah sekian tahun dijadikan alat kepentingan penguasa—sejarah itu milik pemenang—mendapat dukungan politis. Bahwa 1 Juni menjadi bermakna bukan oleh desain kepentingan politik penguasa, melainkan bangunan dasar sebuah negara merdeka dan berdaulat. Sementara 1 Oktober jadi bermakna karena didesain untuk kepentingan politik penguasa.

Kelahiran Pancasila sudah dengan dirinya (ipso facto) milik rakyat. Kesaktian Pancasila agar memperoleh aseptabilitas publik perlu "dipaksakan", di antaranya, lewat aura semimiliter. Wacana tidak hanya tentang Pancasila yang penerapannya baru sebatas jargon politik, tetapi juga tentang niat baik (good will) mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dalam prolog, nalog, dan epilog sekitar awal Oktober 1965 dan sesudahnya.

Artikel Franz Magnis-Suseno di harian ini, Senin lalu, mengentakkan kita untuk melakukan ruwat atas dosa kolektif G30S. Ajakan rekonsiliasi nasional Agus Widjojo, kemarin, sebagai sarana memulihkan kembali martabat dan keadaban bangsa perlu kita apresiasi. Ajakan mereka menyuarakan kepada publik rasa perasaan kita tentang tragedi nasional 1965, pelanggaran hak asasi yang masif.

Kita apresiasi juga berbagai pusat studi yang terus menggali revitalisasi dan aktualisasi nilai Pancasila sebagai bagian dari pengayaan dan pencarian bentuk implementasinya. Biarkan berbagai penerbitan buku bermunculan dengan versi pencarian masing-masing, sepertiNegara Paripurna (2011) karya Yudi Latif,Lima Gagasan (2013) karya M Sastrapratedja SJ, atau bunga rampaiKearifan Lokal-Pancasila (2015). Biarkan penggalian terus dilakukan, bentuk implementasi kesaktian Pancasila.

Segala upaya itu bagian dari gerakan hidup bersama Pancasila. Gerakan mengandaikan implementasi. Hidup bersama mengandaikan Pancasila sudahbuilt-in,menyatu dalam kesejatian kita sebagai warga bangsa Indonesia.

Gerakan berkembang maju ketika ada gerak langkah pertama yang serentak bersamaan. Langkah awal itu adalah kejernihan hati, kebesaran jiwa, dan keberanian melakukan rekonsiliasi nasional. Peristiwa 1965 yang dipuncaki kesaktian Pancasila perlu terus disegarkan dan diperkaya dalam implementasi praksis pemerintahan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Oktober 2015, di halaman 6 dengan judul "Gerakan Bersama Pancasila Sakti".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger