Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 23 November 2015

Bahasa dan Karakter Bangsa//Tanggapan soal Bung Sjahrir//Penampungan Semen//Selisih Harga Aki Mobil (Surat Pembaca Kompas)

Bahasa dan Karakter Bangsa

Salut, Abdillah Toha! Tulisan Anda di Rubrik Opini harian ini, 13 November 2015, berjudul "Bahasa Pejabat di Luar Negeri" sungguh menggugah rasa kebangsaan saya. Masalah yang selama ini hanya terpendam dan tersembunyi dalam pikiran saya, dan mungkin juga banyak orang Indonesia, mencuat ke publik.

Bahasa adalah karakter suatu bangsa. Tiongkok, Jepang, India, dan beberapa negara lain berani mempertahankan karakter bangsanya dengan keberanian membawa bahasanya sendiri ke kancah internasional. Sementara itu, di Jakarta, mulai dari iklan, nama-nama perusahaan, restoran, bahkan kedai-kedai kecil, malah merasa kurang bergengsi jika tidak menggunakan bahasa asing. Bahkan, dalam pembicaraan sehari-hari, tak ada pejabat yang dapat menuturkan lima kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar secara runtut, tanpa dilepoti kata-kata asing.

Benar apa yang Anda katakan: salah satu penyebabnya adalah rasa rendah diri, malu, dan takut dianggap bodoh! Banyak pengalaman yang membuktikan itu. Gaung semangat Sumpah Pemuda, tidak saja mulai luntur, tetapi juga sudah nyaris hilang. Terima kasih atas pencerahan Anda!

ADRIANUS PRISTIONO O CARM, JL KUSUMA 1, KAVLING DKI MERUYA SELATAN, JAKARTA BARAT


Tanggapan soal Bung Sjahrir

Tulisan Asep Salahudin "Teladan Bung Kecil" (Kompas, 12/11) memerlukan beberapa keterangan tambahan agar pembaca paham apa yang dimaksud penulis.

Asep mengutip buku Indonesische Overpeinzingen (Renungan Indonesia) sebagai karya Bung Sjahrir. Sebenarnya buku itu adalah saduran dari surat-surat Bung Sjahrir pada dekade 1930-an kepada istrinya, Maria Duchateau, di Belanda. Dialah yang menyunting buku itu dengan menyensor bagian pribadi, diterbitkan pada 1945, setelah Belanda bebas dari pendudukan Nazi Jerman.

Setelah RI berdiri, seorang diplomat muda AS di Batavia (Jakarta), Charles Wolfe Jr, menerjemahkan buku itu ke bahasa Inggris. Dia menambahkan beberapa bab yang isinya didasarkan pada wawancaranya dengan Sjahrir mengenai pengalamannya setelah dibebaskan dari tempat pembuangan di Banda Neira. Buku terjemahan Charles Wolfe itu berjudul Out of Exile (New York, 1949). Buku itu lalu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judulRenungan dan Perjuangan, dengan catatan akhir ditulis Soedjatmoko (Jakarta, 1990).

Kemudian, brosur "Perdjoeangan Kita" ditulis dan diterbitkan pada Oktober 1945, sebelum Sjahrir menjadi Perdana Menteri RI pertama pada 14 November 1945.

Juga perlu diluruskan bahwa Bung Sjahrir dan Bung Hatta ditahan dan dibuang ke Boven Digul di Papua bersama. Jadi, bukan sendiri-sendiri.

Terakhir, ada satu kutipan panjang, "Lama kelamaan.... dan seterusnya" yang menurut penulis dikutip dari brosur "Perdjoeangan Kita, 29 Desember 1936" Hal ini tidak tepat, karena tahun 1936 "Perdjoeangan Kita" belum terbit.

SABAM SIAGIAN, JALAN ANGGUR BARAT II NO 2, CIPETE SELATAN, JAKARTA SELATAN


Penampungan Semen

Sebagai warga Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Serpong, Tangerang Selatan, saya merasa terganggu oleh adanya dua penampungan semen di lingkungan tempat tinggal saya. Banyak debu beterbangan, membuat lingkungan tidak sehat.

Tiap hari warga terpaksa menghirup udara kotor. Jika turun hujan, selalu muncul genangan air kotor karena bercampur dengan limbah semen. Jalan pun menjadi kotor dan berlumpur.

Banyak truk besar pengangkut material parkir di tepi jalan atau keluar-masuk dari dan ke lokasi penampungan. Dampaknya adalah kemacetan lalu lintas, apalagi tidak ada pengaturan lalu lintas.

Mohon perhatian Wali Kota Tangerang Selatan dan jajarannya untuk segera menyelesaikan permasalahan yang dihadapi warga Kelurahan Mekar Jaya.

ADE HERMANSYAH, KELURAHAN RAWA MEKAR JAYA, SERPONG, TANGERANG SELATAN.

Pada 4 September 2015, saya membeli aki mobil merek Varta G14 buatan Jerman, di "Shop and Drive" Fatmawati, Jakarta Selatan. Harga aki Rp 4.000.000.

Keesokan harinya saya cek di toko lain yang juga berlokasi di Fatmawati. Ternyata harga aki dengan merek dan tipe serupa ditawarkan Rp 3.300.000.

Saya kecewa dengan perbedaan harga yang mencolok ini. Padahal, saya adalah pelanggan "Shop and Drive".

VERA EVIYANTI, JALAN ALAM ASRI III, PONDOK PINANG, JAKARTA SELATAN

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 November 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger