Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 01 Desember 2015

TAJUK RENCANA: Indonesia, COP-21, dan Suhu Bumi (Kompas)

Bravo Paris. Bravo 150 pemimpin dunia, termasuk Presiden Joko Widodo yang hadir di Konferensi Perubahan Iklim, yang tak gentar menghadapi ancaman teroris.

Sous le Ciel de Paris (Di bawah langit Paris), 30 November, 150 pemimpin dunia berkumpul, termasuk Presiden AS Barack Obama, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri India Narendra Modi, selain Presiden RI. Mereka akan mencoba lagi mencapai kesepakatan baru yang enam tahun lalu gagal dicapai di Kopenhagen.

Kali ini, dalam suasana lebih baik, diharapkan kesepakatan membatasi kenaikan suhu permukaan Bumi paling tinggi 2 derajat dari suhu sebelum era Revolusi Industri bisa dicapai. Pada masa lalu, penghasil emisi besar dunia tak mau tunduk. AS berpandangan, fokus tuntutan bukan hanya negara maju, melainkan juga negara berkembang. Tidak fair jika AS harus mengganti semua alat produksi menjadi ramah lingkungan dengan biaya mahal, yang akan membuat industrinya bakal tidak kompetitif.

Sebaliknya, argumen negara berkembang, kami, kan, baru memulai industri, mengapa dipaksa dan ditekan. Mestinya Anda yang harus lebih banyak berkorban karena sudah membakar bahan bakar fosil yang menghasilkan gas rumah kaca sejak dua setengah abad silam.

Semoga Konferensi Para Pihak (COP) ke-21 di Paris bisa melangkah maju dengan banyaknya elemen masyarakat dunia yang berunjuk rasa, mulai dari Seoul hingga Rio de Janeiro, dan tentu dari warga tuan rumah, yang sampai perlu meninggalkan sepatu mereka di Lapangan Place de la Republique, sepasang di antaranya ditinggalkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.

Indonesia yang sudah punya komitmen, bahkan kini meningkatkan komitmen pengurangan gas rumah kaca hingga 29 persen pada 2030, dihadapkan pada posisi sulit. Selain peta jalan mencapainya belum jelas, Indonesia sering dilanda kebakaran hutan. Kebakaran tahun ini oleh World Resources Institute telah mengemisikan karbon sangat besar, lebih dari 1 miliar ton, melebihi emisi bahan bakar fosil gabungan Jerman dan Belanda tahun 2013.

Indonesia, di tengah suasana kesukarelaan yang ada di Konferensi Paris tahun ini, diharapkan terus mengerjakan pekerjaan rumahnya untuk mencapai komitmen yang disampaikan. Ibaratnya, kita jangan hanya pintar berjanji, tetapi tak pandai memenuhi.

Kita berharap COP-21 bisa menghasilkan satu kesepakatan yang konkret. Kita diingatkan, jika sampai dunia gagal mengerem laju emisi dan suhu Bumi naik lebih dari 2 derajat, akan hancurlah iklim dunia. Cuaca ekstrem akibat pemanasan global akan membuat dunia tak layak huni dan anak-cucu akan mempersalahkan kita.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Desember 2015, di halaman 6 dengan judul "Indonesia, COP-21, dan Suhu Bumi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger