Banyak orang dibuat terperangah dan setengah dibuat tidak percaya atas proses hukum terhadap mantan pemimpin Honduras, El Salvador, dan Guatemala atas tuduhan korupsi. Lebih-lebih karena praktis tidak ada presedennya pemimpin, bahkan mantan pemimpin, dibawa ke pengadilan atas kasus dugaan korupsi meski kejahatannya sudah diketahui luas oleh publik.
Rupanya arus balik sedang terjadi dalam upaya pemberantasan korupsi di kawasan Amerika Tengah. Pemerintah Honduras, misalnya, pekan lalu mengumumkan, Amerika Serikat meminta ekstradisi mantan Presiden Honduras Rafael Leonardo Callejas. Penguasa tahun 1990-1994 itu dituduh menerima suap untuk kontrak televisi dengan menggunakan wewenangnya sebagai Ketua Federasi Sepak Bola Honduras.
Sensasi atas kasus Callejas bertambah karena mantan Presiden El Salvador Francisco Flores pekan lalu juga didakwa atas kasus korupsi. Kasus Flores, yang berkuasa tahun 1999-2004, memiliki sensitivitas tinggi karena menyangkut penggunaan dana bencana. Ia dituduh menyelewengkan dana 10 juta dollar AS, yang disumbangkan Taiwan untuk korban bencana gempa bumi tahun 2001.
Jauh lebih dramatis kasus Otto Perez Molina, yang diajukan ke pengadilan atas tuduhan korupsi pada September lalu saat masih menjadi Presiden Guatemala. Molina yang berkuasa tahun 2012-2015 kini ditahan bersama wakilnya, mantan Wakil Presiden Roxana Baldetti, juga atas tuduhan korupsi.
Rangkaian penyingkapan kasus korupsi di Amerika Tengah, lebih-lebih selama tiga bulan terakhir, menggambarkan perkembangan baru di kawasan itu, yang selama ini menghadapi ancaman korupsi yang akut. Sungguh ironis, praktik korupsi yang begitu terbuka di kalangan elite politisi, tetapi praktis tidak ada pejabat yang diadili dan ditahan. Politisi terus saja leluasa melakukan korupsi.
Jelaslah, pendakwaan tiga mantan presiden di Amerika Latin memperlihatkan betapa praktik korupsi masih merebak luas di kawasan itu. Negara-negara Amerika Tengah dan Amerika Selatan tidak dapat mengejar kemajuan Amerika Utara seperti Amerika Serikat dan Kanada antara lain karena terperangkap dalam korupsi.
Para penguasa di negara-negara Amerika Latin lebih cenderung menyalahgunakan wewenang, termasuk melakukan korupsi. Kesenjangan sosial ekonomi pun melebar. Tidaklah mengherankan, pembongkaran kasus korupsi mantan penguasa Honduras, El Salvador, dan Guatemala dianggap terobosan baru di kawasan Amerika Latin, yang memberi isyarat keras kepada para penguasa di kawasan itu dan di mana pun untuk segera menjauhi korupsi.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Desember 2015, di halaman 6 dengan judul "Kasus Korupsi Tiga Mantan Presiden".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar