Keputusan berlaku efektif per 1 Oktober 2016. Persetujuan IMF menjadi tonggak penting baru integrasi dan internasionalisasi mata uang dan ekonomi Tiongkok, menyusul masuknya perekonomian kedua terbesar yang menyumbang 15 persen lebih PDB global itu dalam keanggotaan WTO, Desember 2001. Salah satu argumen IMF, yuan memenuhi kriteria freely usable, sudah diperdagangkan bebas di 2-3 zona waktu di dunia.
Porsi atau bobot yuan dalam komposisi baru SDR IMF adalah 10,92 persen, lebih besar dari yen dan poundsterling. Masuknya yuan tak banyak mengubah bobot dollar AS yang turun sedikit dari 41,90 menjadi 41,73 persen. Euro turun dari 37,40 ke 30,93 persen, yen turun dari 9,40 menjadi 8,33 persen, dan pounds dari 11,30 menjadi 8,09 persen.
Naiknya status dan pamor yuan sebagai mata uang elite dunia bersama dollar AS, yen, euro, dan poundsterling menaikkan pula pengaruh dan posisi Tiongkok dalam sistem tata keuangan dan moneter global yang pasca Perang Dunia II sangat didominasi AS. Namun, pada saat yang sama juga mengharuskan Tiongkok menyelesaikan banyak pekerjaan rumah untuk membuat mata uangnya sepenuhnya convertible (bisa diperdagangkan bebas).
Termasuk di dalamnya membuka sistem finansial dalam negerinya terhadap pengawasan global, mempercepat liberalisasi sektor finansial dan pasar modal, fleksibilitas lebih besar yuan, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Keputusan IMF sekaligus juga pengakuan bahwa yuan cukup stabil dan aman sebagai penyimpan aset. Dampak keputusan ini berskala global. Dalam jangka pendek memang tak lantas membuat yuan menggeser AS sebagai mata uang utama cadangan devisa dunia atau memicu migrasi skala besar ke yuan. Sangat minimnya data dan tidak transparannya Tiongkok menghalangi investor global bergegas migrasi ke yuan atau aset berdenominasi yuan.
Namun, status mata uang SDR akan mendorong realokasi kepemilikan sebagian cadangan devisa bank-bank sentral dunia dari mata uang SDR yang ada sekarang ke yuan, khususnya bank sentral negara yang punya hubungan dagang, ekonomi, atau investasi dengan Tiongkok. Penerbitan surat uang atau akumulasi aset dalam denominasi yuan akan melonjak. Jangka panjang, akan mengubah keseimbangan tata finansial dan moneter global, memungkinkan Tiongkok memainkan peran lebih besar dalam percaturan ekonomi dunia dan finansial global.
Secara langsung atau tak langsung, Indonesia dan negara berkembang lain diuntungkan. Tidak hanya karena Tiongkok mitra dagang utama dan investasi Tiongkok terus meningkat di Indonesia, tetapi dengan adanya yuan di SDR berarti kian besar pula keterwakilan negara berkembang di IMF. Namun, pada saat yang sama, kita harus siap dengan efek dari kian meningkatnya volatilitas yuan dan ekonomi Tiongkok akibat kian terbukanya ekonomi Tiongkok.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Desember 2015, di halaman 6 dengan judul "Yuan Resmi Mata Uang SDR".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar