Seorang teman yang bergelar sarjana hukum menunjukkan sebuah iklan perjalanan wisata di harian Kompas, yang mencantumkan kata China sebagai negara tujuan. "Lihat, iklan ini melanggar surat keputusan presiden," katanya.
Saya hanya tersenyum, tidak menanggapi pendapatnya daripada berdebat berkepanjangan. Padahal, menurut saya, sama sekali tidak ada pelanggaran dalam iklan tersebut sekalipun dikaitkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2014 tanggal 12 Maret 2014.
Saya kutip penggalan kalimat dalamdictum butir kedua SK Presiden tersebut. "…maka dalam semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, penggunaan istilah orang atau komunitas Tjina/China diubah menjadi orang dan atau komunitas Tionghoa, dan untuk penyebutan Republik Rakyat China diubah menjadi Republik Rakyat Tiongkok".
Jelas sekali siapa yang disebutkan untuk wajib menggunakan kata Tiongkok, yang secara metatesis serapan dari kata Cungkuok, dan Tionghoa serapan dari Cunghoa.
Saya yakin, berdasarkan penafsiran yang benar dan tepat, maka tidak ada yang salah ketika dalam acara wawancara di layar Metro TV bertajuk "Trending Topic" (20/2), wartawan senior Kompas, Budiarto Shambazy, menyebut kata China.
Saya khawatir, kita ini tidak lagi kritis dalam menyikapi setiap persoalan. Tepat sekali sindiran Pojok Kompas (6/2) yang mengatakan, "Daya nalar menumpul".
HARTONO FS, PURWOSARI, SINDUADI, SLEMAN
Langgar Privasi
Saya ingin menyampaikan protes keras terhadap Google Street View yang telah melanggar privasi di lingkungan perumahan kami.
Saya tinggal di Kotabaru Parahyangan. Setiap kluster/tatar dijaga oleh keamanan yang dikelola Town Management. Setiap aktivitas terkait dengan kepentingan umum harus mendapatkan izin dari pihak Town Management dengan mempertimbangkan kepentingan penghuni terlebih dahulu.
Saya melihat bahwa rumah saya dan beberapa tetangga, termasuk di kluster/tatar lain, telah direkam kamera Google Street View sejak Maret 2015. Setelah saya periksa, sangat disayangkan bahwa ternyata kegiatan ini tidak pernah meminta izin kepada Town Management, termasuk dari para penghuni.
Lingkungan kami bukanlah sebuah jalan umum. Untuk masuk dan beraktivitas yang dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan penghuni tentu harus mengikuti aturan yang berlaku. Tentu ini berbeda apabila mobil Google Street View mengambil gambar di jalan raya.
Saya temukan juga ternyata bahwa nomor-nomor rumah dan nomor-nomor kendaraan tidak disensor/diblur sama sekali seperti yang dilakukan Google Street View di negara lain.
Saya meminta Google Indonesia segera memperbaiki tayangan Google Street View dan mendidik para teknisinya untuk lebih menghargai privasi.
IR ALEXANDER PRIYO PRATOMO MT, TATAR JINGGA NEGARA, KOTABARU PARAHYANGAN
Pengalaman Pesan Hotel
Tanggal 9/2/2016 saya memesan kamar di Hotel Horison, Nusa Dua, Bali, secaraonline melalui Traveloka sebanyak delapan kamar deluxe. Saya memesan untuk 3 malam (3-6 Juli). Akan tetapi, saya salah menulis bulan. Terketik 3/6/2016–6/6/2016. Pembayaran melalui kartu kredit Citibank, Rp 10.943.159.
Tidak sampai 5 menit, seusai memesan, saya menyadari kekeliruan itu. Langsung saya menghubungi pihak Traveloka untuk mengoreksi tanggal tersebut. Saya mengerti bahwa syarat pemesanan hotel adalah non-refundable (tidak bisa meminta uang kembali) dan saya memang tidak meminta uang dikembalikan. Saya hanya minta untuk dijadwalkan ulang.
Namun, pihak Traveloka mengatakan bahwa pemesanan itu tidak bisa dijadwalkan ulang. Saya sudah memohon-mohon untuk dibantu, jawabannya tetap tidak bisa. Saya panik luar biasa karena uang sebesar itu sangat berarti bagi saya.
Akhirnya saya langsung menelepon ke Hotel Horison Nusa Dua, Bali. Petugas yang menerima telepon saya dengan ramah bersedia menampung permasalahan saya dan konfirmasinya menunggu keesokan harinya.
Esok harinya, saya kembali menelepon ke Hotel Horison dan mendapat jawaban yang melegakan. Reservasi saya bisa dipindahkan ke tanggal 3/7/16-6/7/16. Saya sangat berterima kasih kepada Hotel Horison di Nusa Dua, Bali, atas bantuannya.
EPIN WINATA, PERUMAHAN PURI NIRWANA PABUARAN, CIBINONG
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Maret 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar