Rencana tersebut sudah disampaikan Deputi Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman yang juga memimpin Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan Arab Saudi beberapa bulan lalu dalam wawancara khusus dengan majalah The Economist. Senin lalu, Visi 2030 disetujui dewan kabinet Arab Saudi.
Visi 2030 merespons merosotnya harga komoditas sejak tiga tahun lalu. Harga minyak bumi yang sebelumnya menyentuh 120 dollar AS per barrel, anjlok hingga 30 dollar sebelum stabil pada aras 40-an dollar.
Perekonomian Arab Saudi sangat bergantung pada minyak bumi. Penduduk mendapat subsidi besar dari pendapatan minyak. Saudi memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Yang sudah terbukti adalah 267 miliar barrel dan potensinya diperkirakan 900 miliar barrel.
Dalam situasi menurunnya harga minyak karena pelemahan ekonomi dunia, OPEC yang dimotori Arab Saudi tetap membanjiri pasar untuk menghentikan produksi minyak serpih yang dianggap menyaingi posisi OPEC. Tahun lalu, anggaran Saudi defisit 98 miliar dollar AS dan tahun ini diperkirakan 87 miliar dollar AS. Cadangan devisa merosot dari 746 miliar AS pada 2014 menjadi 616 miliar dollar saat ini. Harga minyak bumi diprediksi terus rendah hingga tahun depan.
Pemerintah Saudi bukan hanya kali ini menyatakan ingin mendiversifikasi perekonomian. Sejumlah pihak melihat Visi 2030 terlampau ambisius. Visi 2030 menargetkan penerimaan nonminyak naik menjadi 160 miliar dollar pada 2020 dan 267 miliar dollar pada 2030 dari 43,6 miliar dollar tahun lalu. Sampai saat ini belum tersedia rencana lebih detail bagaimana target itu akan diwujudkan.
Namun, pasar menyambut positif rencana yang intinya membangun Dana Investasi Umum senilai dua triliun dollar AS. Dana itu sebagian akan berasal dari penjualan kurang dari 5 persen saham perusahaan minyak negara Aramco yang ditaksir bernilai 2 trilun-2,5 triliun dollar. Diversifikasi perekonomian juga akan dilakukan melalui pengembangan turisme; pemberian fasilitas tinggal dan investasi untuk warga asing, terutama kepemilikan rumah; dan pengembangan sektor keuangan.
Perekonomian kita memiliki kesamaan dengan Saudi, yaitu ketergantungan pada komoditas. Tantangan Saudi adalah pada pengendalian kepentingan anggota kerajaan dan elite pemerintahan, mereformasi pendidikan, dan mentransformasi masyarakat, termasuk memperbesar peran publik perempuan, seperti janji pemerintah.
Kita tidak menghadapi masalah seperti Saudi, tetapi tetap dapat belajar tentang pentingnya memiliki visi tentang membangun negara dan keteguhan melaksanakan apabila ingin menjadi negara yang dihormati dunia.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 April 2016, di halaman 6 dengan judul "Visi 2030 Arab Saudi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar