Setiap pagi, terutama pada jam-jam sibuk antara pukul 06.30-08.30, lalu lintas di jalan raya dari daerah Poris menuju Situ Cipondoh, Tangerang, selalu macet di titik-titik tertentu. Belakangan, kondisinya semakin parah.
Di sepanjang jalan itu ada tiga titik kemacetan. Pertama, di pertigaan rel kereta api Stasiun Poris dengan Jl Benteng Betawi. Kedua, di pertigaan jalan dari arah Giant Poris menuju Jl Maulana Hasanuddin. Ketiga, di perempatan Jl Irigasi Sipon dan Jl Maulana Hasanuddin.
Saya memiliki saran yang mungkin dapat mengurangi kemacetan lalu litas di titik-titik tersebut. Pertama, jalan putaran (U-turn) pertama di Jl Benteng Betawi khusus digunakan untuk sepeda motor saja. Kendaraan roda empat diatur agar hanya berputar di jalan putaran yang kedua. Dengan pengaturan seperti ini waktu tempuh antara sepeda motor dan mobil ke arah Stasiun Poris jadi berbeda.
Solusi selanjutnya adalah memasang rambu dan lampu lalu lintas di perempatan antara Jl Irigasi Sipon dan Jl Maulana Hasanuddin, yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kedisiplinan pengguna jalan.
BOMA STORK SIJABAT
Jl Mutiara VI, Perumahan Batu Ceper Indah, Batu Ceper, Tangerang 15122
Kecewa PDAM
Meski tiap bulan tak pernah absen membayar tagihan air PDAM Tirtanadi, air bersih tak pernah mengalir pada siang hari ke rumah saya dan para warga lain di Kompleks 12/Lohan, Jl Tirtosari, Medan.
Pada 19 Februari 2016, petugas rekanan PDAM Tirtanadi datang dan menjelaskan masalah buka tutup keran serta menghubungi petugas PDAM Tirtanadi. Hari itu juga, petugas PDAM datang sekitar pukul 14.00. Namun, ia hanya menginformasikan bahwa sedang ada proyek penyedotan air Sungai Belumai dan minta kami menunggu seminggu. Ternyata, setelah sepekan lewat, air PDAM tetap saja tak mengalir.
Segala upaya telah dilakukan, termasuk mengadu dan berunjuk rasa ke kantor cabang PDAM Tirtanadi di Jl HM Yamin. Saya juga melapor ke sentral panggilan (call center), tetapi mereka hanya memberi nomor telepon kantor cabang di Jl HM Yamin. Maksudnya agar saya bisa melapor langsung ke bagian pengaduan.
Saya pun bertanya, jadi apa sebetulnya fungsi sentral panggilan? Petugas bagian pengaduan yang menerima telepon malah menyuruh saya bersabar. Apa kami semua, para korban ini, masih kurang sabar? Kami sudah tiga tahun menghadapi masalah ini!
Pengaduan saya secara daring memang mendapat respons. Namun, surel balasan berbunyi: "Pengaduan Anda dengan rincian berikut telah diselesaikan."
Saya tak habis pikir, apa yang telah diselesaikan sementara aliran air bersih belum juga sampai ke tempat tinggal saya?
Sejak 31 Maret lalu sampai surat ini ditulis, tiap hari kami harus bangun pagi-pagi buta, antara pukul 02.00 dan pukul 05.00 hanya untuk menampung air leding, yang sering kali juga sudah tak mengalir lagi pada dini hari.
NURMAN,
Kompleks 12/Lohan
Jl Tirtosari, Bantan, Medan
Asuransi tak Cair
Saya pemegang polis asuransi Bumi Asih Jaya dengan nomor polis 070803371/HTS-L. Dua tahun lalu perusahaan tersebut dinyatakan pailit oleh OJK, dan semua nasabah harus menjual polisnya dengan harga hanya separuh dari jumlah pertanggungan yang sudah dibayarkan. Karena ingin uang saya kembali, saya menyetujui ketentuan itu dan menandatangani surat perjanjian pada 22 Mei 2014 .
Ketika itu dikatakan bahwa dana akan segera ditransfer. Namun, ternyata sampai detik ini polis asuransi saya belum juga cair. Setiap kali saya menelepon dan menanyakan hal ini ke kantor Bumi Asih Jaya Cabang Surabaya, selalu dikatakan bahwa pembayaran menunggu terjualnya aset Bumi Asih Jaya.
Terakhir, saya mendatangi langsung kantor tersebut, ternyata sudah kosong. Di pintu ada pengumuman bahwa semua urusan pemegang polis atau nasabah dialihkan ke kantor pusat, Jl Matraman Raya 165-167, telepon 021-2800700.
Ketika saya mencoba menghubungi nomor di atas, memang terdengar nada sambung, tetapi tidak ada yang mengangkat. Saya mencoba menghubungi langsung pemilik perusahaan dan beberapa kepala divisinya, baik melalui telepon seluler maupun telepon rumah mereka, tetapi semua tidak dapat dihubungi.
Ke manakah saya dan para nasabah lain dapat menanyakan uang kami? Meski sedikit, uang itu sangat berarti bagi saya. Sulit betul mengambil kembali hak saya, meski saya sudah rela jumlahnya dipotong separuh.
Semoga para pejabat terkait menindaklanjuti keluhan ini.
ANIS MUSA
Jl Ngagel Tirto I/21A Surabaya
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 April 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Tidak ada komentar:
Posting Komentar