Statistik kredit sektor perikanan menunjukkan porsi sangat minim dari total kredit perbankan nasional dalam periode yang panjang. Data itu menyiratkan beberapa kemungkinan, antara lain kurangnya minat, sikap kehati-hatian yang terlalu tinggi, dan keterbatasan dana perbankan untuk disalurkan ke sektor perikanan.
Artinya, kebijakan perkreditan perbankan belum menopang sepenuhnya program utama Nawacita dalam meningkatkan kedaulatan ekonomi di bidang maritim. Karena itu, pemerintah bersama para pemangku kepentingan—terutama perbankan—seyogianya berembuk dan mengelaborasi langkah-langkah strategis dalam merealisasi pengembangan sektor perikanan dan kelautan.
Analisis di Kompas (23/4), "Perikanan: Mengurai Distribusi" mengungkapkan ratusan ton ikan kerapu hidup hasil budidaya tertahan dan tak bisa dipasarkan akibat keterbatasan kapal pengangkut dalam negeri. Ini gara-gara puluhan tahun bergantung pada kapal asing yang sekarang berkurang karena harus mengikuti persyaratan kelayakan ketat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Ujung-ujungnya analisis itu mengacu pada kendala pembiayaan dalam pengadaan kapal pengangkut ikan hidup yang harus sesuai dengan ketentuan KKP.
Berita di atas seyogianya menyadarkan segenap pemangku kepentingan, khususnya perbankan nasional, untuk memberikan solusi sistemik, terpadu, dan jangka panjang dalam mengembangkan dan memperkuat perekonomian kelautan nasional. Apakah perlu analisis manajemen risiko khusus untuk kredit di sektor ini? Apakah kerapu akan dibiarkan mati di samudra perbankan?
WIM K LIYONO
Surya Barat, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Keindahan Tambora
Saya kecewa dengan pola pemuatan foto-foto dalam "Klik Foto Tambora, Merekam Indahnya Sumbawa" (Kompas, 19/4). Bagaimana mengagumi keindahan alamnya bila ukuran foto hanya sebesar kartu nama?
Padahal, dengan ukuran foto besar, selain bisa lebih dinikmati juga menjadi ajang promosi pesona Indonesia. Kami mohon kepada Redaksi Kompas untuk memberi tempat yang layak pada foto-foto indah karya fotografer kita, agar bisa lebih diapresiasi.
ANDRINI
Warung Jati Timur 1A/25, Jakarta 12740
Menutup Asuransi
Saya pemegang polis asuransi Bumiputera, nomor polis 2003474054, suatu asuransi beasiswa berencana dengan pertanggungan Rp 10 juta.
Awal asuransi 1 Desember 2003 dan habis kontrak 1 Desember 2020. Empat tahun kemudian, November 2007, saya lunasi premi karena ada diskon.
November 2015, berarti setelah 12 tahun ikut asuransi, saya mengajukan penutupan untuk menarik semua dana, diterima Bapak Herdian, Bumiputera Kantor Cabang Cimanggis. Saat menyerahkan semua dokumen yang saya pegang termasuk polis asli, saya menerima selembar tanda terima. Namun, tidak ditulis di situ, berapa nilai uang yang akan diserahkan.
Minggu pertama April 2016, saya menerima dana tersebut senilai Rp 2.389.000. Kemudian saya meminta rincian uang yang sudah saya setor ke Bumiputera ke petugas Asuransi Bumiputera Kantor Cabang Cimanggis dengan Bapak Sobur, tetapi tidak bisa. Ia beralasan beberapa tahun lalu adaupgrade sistem komputer di Asuransi Bumiputera, sehingga ia hanya menghitung secara manual.
Kenapa setelah 12 tahun, uang yang saya terima hanya 24 persen dari uang pertanggungan dan uang yang disetor? Beginikah cara mengambil keuntungan dari orang yang berasuransi?
IMAN HARDIANTARA
Pasir Gunung Selatan, Depok
Beli Daring, Rusak
Saya membeli produk Xiaomi band dari JD.ID dengan kode pesanan 200174853. Saat barang tiba ternyata tidak bisa difungsikan dan tidak bisa di-charge.
Setelah berkomunikasi dengan customer service via surat elektronik, barang saya retur lewat TIKI dengan resi 030029175459 dan pengganti akan dikirim dalam 1-2 hari.
Pada Rabu (20/4) datang kiriman dari JD.ID yang setelah saya buka ternyata berisi produk persis sama dengan yang saya retur. Pihak JD.ID bahkan sepertinya merasa tak perlu untuk membongkar kardusnya, masih sama seperti ketika saya retur.
Mudah-mudahan konsumen lain tidak bernasib seperti saya.
BRAM D HUDION
Wisma AKR lantai 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Mei 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar