Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 28 Mei 2016

Sistem Satu Arah di Bogor//Salah Kirim Uang//Simposium Sejarah//Telepon Rusak (Surat Pembaca Kompas)

Sistem Satu Arah di Bogor

Sistem satu arah lalu lintas yang sekarang diterapkan sekeliling Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, telah mengakibatkan dampak domino yang merugikan masyarakat.

Pertama, terjadi penyebaran kemacetan lalu lintas hampir di setiap penjuru Kota Bogor membuat massa rakyat merasa lebih frustrasi. Kedua, sopir angkot nomor 02 memerlukan waktu tempuh makin lama ke tujuan, yang berarti butuh BBM lebih banyak. Waktu tempuh lebih lama juga diderita penumpang, bahkan di antaranya harus ganti angkot sehingga ongkos menjadi dobel. Padahal, sebelumnya cukup satu kali dan dengan waktu lebih cepat pula.

Ketiga, angkot 07 harus berdesakan di Jalan Martadinata yang rawan kecelakaan karena ada lintasan kereta api sebidang. Keempat, penghasilan para sopir angkot, paling tidak angkot 02, berkurang dan kadang lebih kecil dari kewajiban setor mereka.

Kesimpulannya, sistem satu arah lebih banyak mudarat daripada manfaatnya bagi warga Bogor, karena malah menyengsarakan. Sudah bukan zamannya lagi pemimpin mencitrakan diri, termasuk lewat sistem satu arah ini.

Mohon Pemerintah Kota Bogor meninjau kembali kebijakan tersebut, dan berfokus pada kebijakan populis yang membuat rakyat bahagia dan sejahtera.

S PRAWIRO, KOMPLEKS KEHUTANAN, PASIR MULYA, BOGOR

Salah Kirim Uang

Pada 8 Maret 2016 kami salah mentransfer Rp 4 juta ke nomor rekening RA, yang seharusnya ke nomor rekening Muhidin. Keduanya adalah nasabah BRI Unit Subulussalam, Cabang Tapak Tuan, Aceh.

Melalui Muhidin kami melaporkan kesalahan ini ke BRI Unit Subulussalam pada 10 Maret 2016. Pada hari itu juga, sesudah Muhidin menghubungi RA, di hadapan Kepala BRI Unit Subulussalam, RA yang diwakili istrinya (karena RA sedang sakit) mengakui bahwa tidak mengetahui transaksi dimaksud dan setuju BRI mengembalikan uang tersebut ke rekening kami.

Anehnya, Kepala BRI Unit Subulussalam keberatan lantaran uang tersebut sudah ter-autodebet oleh sistem dari rekening RA (yang memiliki tunggakan di BRI) ke BRI dan menyarankan agar kami yang menagih ke RA. Tentu saja kami tidak bersedia menerima saran tersebut.

Pada hari yang sama, 10 Maret 2016, kami membuat laporan tertulis melalui Ibu Riza Susanti, Supervisor Layanan Operasional di BRI Iskandarmuda Cabang Medan, memohon bantuan penyelesaian. Meskipun Ibu Riza sudah meneruskan laporan kami ke BRI Pusat, Jakarta, hingga surat ini kami tulis, BRI belum menuntaskan kasus itu.

Kami mohon bantuan BRI Pusat untuk menyelesaikan masalah ini. Sebagai bank peraih laba terbesar di Indonesia tahun 2015, tidak sepatutnya BRI menarik keuntungan dari kesalahan kami dan membebankan tagihan orang lain kepada kami.

SIXTUS HUTAURUK, JALAN ANGGREK II, SIMPANG SELAYANG, MEDAN 20135

Simposium Sejarah

Sebagai orang muda, saya sangat mengapresiasi upaya pemerintah menyelenggarakan simposium tragedi 1965. Simposium ini kiranya menjadi pintu bagi kami generasi penerus agar tidak salah dalam menginterpretasikan masa lalu. Kami berharap simposium dapat menceritakan fakta di balik tragedi 1965 tanpa rasa takut pada pihak mana pun.

Semoga simposium ini dapat membuka jalan menuju rekonsiliasi. Namun, sebelum sampai pada tahap rekonsiliasi, pertama pemerintah mesti mendukung usaha ini secara penuh tanpa berpihak pada kelompok mana pun. Kedua, dugaan pemerintah bertanggung jawab atas peristiwa 1965 tidak boleh menjadi alasan untuk menghalangi usaha ini.

Ketiga, rekonsiliasi tentu menjadi harapan kita bersama, agar kita bisa berdamai dengan masa lalu dan tidak ada lagi tragedi kemanusiaan ke depan.

M SEDEK, CEMPAKA PUTIH BARAT, JAKARTA PUSAT

Telepon Rusak

Hampir tiga bulan terakhir telepon toko kami, 0274-4463589‎ atas nama BabyCare, sering bermasalah. Mulai dari telepon tidak bunyi saat ada panggilan masuk, internet tidak jalan, sampai telepon mati total. Akibatnya, kami sering dimarahi pelanggan.

Saya sudah berulang kali melaporkan hal ini, baik melalui Twitter maupun 147, tetapi sampai sekarang tidak pernah ada perbaikan. Saya sudah bosan dan lelah mendengarkan jawaban basa-basi tanpa ada perbaikan.

Mohon PT Telkom bisa menjaga kualitas pelayanannya dan semoga dengan surat pembaca ini, telepon toko saya segera diperbaiki hingga tuntas.

AGUS FAJAR, TOKO BABYCARE, PALAGAN TENTARA PELAJAR KM 8, YOGYAKARTA

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Mei 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger