Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 31 Mei 2016

TAJUK RENCANA: Membuat NIIS Terjepit (Kompas)

Pasukan koalisi dibantu pasukan Pemerintah Irak dan Suriah menggempur Fallujah dan Raqqa, dua kota utama Negara Islam di Irak dan Suriah.

Bahkan, pasukan koalisi dikabarkan sudah menguasai 80 persen kota Fallujah. Namun, Pemerintah Irak harus menyelamatkan ribuan warga yang terjepit di tengah pertempuran. Fallujah adalah kota di sebelah barat Baghdad yang menjadi salah satu basis utama Negara Islam di Irak dan Suriah.

Pekan lalu, Raqqa, sebuah kota di Suriah yang selama ini dianggap sebagai ibu kota Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), juga terus digempur pasukan koalisi dibantu pasukan setempat. Penyerbuan ke Raqqa hanyalah pintu masuk bagi pasukan koalisi untuk dapat menguasai Tabqa, kota yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Raqqa. Di Tabqa inilah dikabarkan NIIS menyimpan banyak persenjataan perangnya.

Dipimpin pasukan elite, pasukan Pemerintah Irak terus bergerak maju ke dalam kota Fallujah sejak pukul 04.00, Senin (30/5). Namun, mereka mendapat perlawanan dari anggota NIIS dengan cara melakukan bom bunuh diri di pinggiran Fallujah. Bom bunuh diri ini telah menewaskan sejumlah anggota pasukan Irak.

Fallujah adalah benteng pertahanan kedua di Irak setelah Mosul, dan kota pertama yang jatuh ke tangan NIIS sejak tahun 2014. Fallujah merupakan kota yang pernah menjadi ajang pertempuan terberat antara pasukan koalisi AS dan pengikut setia Presiden Saddam Hussein.

PM Irak Haider al-Abadi memperkirakan terdapat sekitar 50.000 warga sipil yang terjebak di Fallujah dan harus diungsikan. Anggota militan NIIS biasa menggunakan penduduk sipil sebagai tempat berlindung.

Juru bicara pasukan koalisi Steve Warren mengatakan, lebih dari 70 anggota NIIS, termasuk Maher al-Bilawi, salah satu komandan tempur NIIS, tewas dalam operasi pembebasan ini. Puluhan ribu anggota pasukan ikut ambil bagian dalam operasi ini.

Gempuran terhadap dua kota ini diyakini akan makin mempersempit ruang gerak militan NIIS. Namun, apakah gerakan para militan ini akan berhenti seiring dengan penguasaan dua kota utama tersebut, banyak orang yang masih meragukan.

Kelompok militan NIIS berupaya membangun basis baru di Afrika utara dan beberapa negara di Timur Tengah. Di negara masing-masing, seperti kelompok Boko Haram di Nigeria, mereka melakukan aksi kekerasan yang meniru cara-cara NIIS.

Semua negara sepakat untuk membebaskan kota-kota yang selama ini di bawah cengkeraman NIIS. Namun, perlu dicari cara yang efektif untuk mencegah menyebarnya paham kekerasan mengatasnamakan agama, daripada yang kita lihat sekarang.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "Membuat NIIS Terjepit".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger