Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 02 Juni 2016

TAJUK RENCANA: Kesiapan Atlet Olimpiade (Kompas)

Mempertahankan tradisi medali emas di ajang Olimpiade tidak hanya butuh persiapan teknis dan fisik secara berkelanjutan, tetapi juga psikis yang matang.

Namun, membaca berita di harian ini sejak Senin lalu, persiapan dan kesiapan atlet kita menuju Olimpiade belum optimal. Kita membaca tiga alasan yang antara lain membuat prestasi atlet kita kurang optimal, yaitu kemauan politik dan aksi nyata pemerintah, kerja sama antar-pengurus cabang olahraga, dan keseriusan atlet (Kompas, 1/6).

Ironinya, sebagian atlet yang ikut pemusatan latihan nasional (pelatnas) Olimpiade membeli sarana dan prasarana pertandingan sendiri. Untuk membina atlet yang setiap saat siap tanding (high performance), Kementerian Pemuda dan Olahraga membentuk Satlak Prima. Namun, dalam hal pencairan dana pelatnas, Satlak Prima terkadang dihadapkan pada kendala birokrasi.

Padahal, membina atlet hingga setiap saat siap bertanding tidaklah mudah. Selain persoalan dana yang belum sepenuhnya ditangani sendiri, Satlak Prima dihadapkan pada persoalan nonteknis lain, seperti dukungan pengurus pusat cabang olahraga terkait dengan pola dan cara latihan.

Satlak Prima berupaya sebisa mungkin menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) olahraga dalam membina atlet. Namun, sebagian pengurus cabang masih enggan menerapkan iptek olahraga. Sebagian pengurus cabang olahraga lebih senang melatih dengan metode yang dahulu pernah membuat atletnya berjaya.

Penggunaan iptek olahraga belum merata di kalangan olahragawan dan pelatih di Indonesia. Ini yang juga ikut membuat pencapaian prestasi atlet kita kurang optimal. Padahal, penggunaan iptek olahraga menjadi keniscayaan di seluruh dunia. Tanpa iptek olahraga, sulit bagi atlet Indonesia bersaing di dunia internasional.

Peraih medali emas tunggal putri bulu tangkis Olimpiade Barcelona, Susy Susanti, mengatakan, untuk mencapai prestasi yang diharapkan, keterbukaan dan komunikasi antara pelatih dan atlet sangat penting. Pelatih harus peka terhadap kondisi atlet, sebaliknya atlet harus bercerita kepada pelatih apa yang tengah dihadapinya.

Untuk mempertahankan tradisi medali emas pada Olimpiade 2016, pemerintah yang diwakili Satlak Prima, pelatih, dan atlet harus bersatu padu. Suasana kondusif sangat diperlukan tidak hanya selama atlet berlatih di pelatnas, tetapi juga menjelang dan saat pertandingan.

Prestasi olahraga di dunia internasional tak hanya membuat kita bangga sebagai bangsa, tetapi juga memunculkan sportivitas yang amat dibutuhkan dalam membangun manusia Indonesia ke depan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul "Kesiapan Atlet Olimpiade".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger