Sri yang pernah memegang pos sama pada pemerintahan SBY-JK sebelumnya dan dengan kapasitas tak diragukan— pernah didaulat sebagai menkeu terbaik sedunia versi Euromoney 2005—ditambah lagi pengalaman internasional dan kiprah di Bank Dunia, memberikan optimisme dan keyakinan tim akan mampu bekerja cepat, efektif, dan solid.
Penempatan sejumlah nama yang dianggap kompeten di bidangnya di posisi-posisi kunci, seperti menteri industri, menteri perdagangan, dan menteri perhubungan, dinilai kian menambah bobot dan kredibilitas tim ekonomi kabinet.
Melihat formasi baru tim ekonomi kabinet, harapan Presiden tim bekerja cepat tampaknya bisa terwujud. Harapan besar yang digantungkan kepada tim baru ekonomi— sebagaimana disampaikan Presiden sebelum pengumuman reshuffle—adalah membuat terobosan untuk menggerakkan ekonomi serta mengatasi kesenjangan, kemiskinan, dan pengangguran—bidang-bidang di mana capaian signifikan belum terlihat selama pemerintahan Jokowi-Kalla.
Dengan pengalaman sebagai Menkeu sebelumnya, Sri semestinya tak akan kesulitan menerjemahkan mandat ini. Dalam sejumlah forum dan kesempatan, ia selalu menekankan: kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan tak bisa diatasi hanya dengan memulihkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Bagaimana merancang kebijakan pertumbuhan yang lebih inklusif dan memberikan perlindungan kepada kelompok termiskin/miskin menjadi penting di sini.
Dalam kaitan ini, sektor fiskal—yang jadi tanggung jawab Menkeu—menjadi instrumen kunci, bukan hanya dalam rangka stimulus pertumbuhan dan penguatan ekonomi, melainkan juga pemerataan. Dengan defisit fiskal beberapa tahun terakhir cenderung meningkat—mendekati ambang batas 3 persen berdasarkan mandat konstitusi—membenahi sektor fiskal menjadi salah satu tugas terberat Menkeu.
Tangan dingin Sri—yang sebagai Menkeu 2005-2010 sukses mendongkrak rasio pajak hingga 12,5 persen dan mengendalikan defisit APBN ke kisaran 0,1-1,5 persen—diharapkan mampu memperbaiki fiskal. Mengawal pelaksanaan program amnesti pajak jadi salah satu ujian awal.
Demikian pula pengelolaan utang. Kendati rasio utang masih di batas aman, trennya terus meningkat. Laju peningkatan utang juga tak dibarengi peningkatan pertumbuhan PDB dan pengurangan kemiskinan yang sama cepat.
Tantangan lain, bagaimana membuat 12 paket kebijakan ekonomi yang sudah diluncurkan tetapi belum terlihat geliatnya segera bisa dijalankan dalam skala penuh agar bisa segera menggerakkan roda pertumbuhan dan membuat ekonomi lebih resisten terhadap gejolak eksternal. Masih banyak lagi PR lainnya yang kita yakin—dengan fokus, kerja keras, konsistensi, sinergi, dan koordinasi solid dengan semua pihak—akan mampu dijawab kabinet, dan pada gilirannya akan mampu memulihkan kepercayaan publik, investor, dan pelaku usaha pada perekonomian.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Harapan pada Tim Ekonomi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar