Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 18 Agustus 2016

Indonesia yang Membanggakan (SISWONO YUDO HUSODO)

Tanggal 17 Agustus 2016, genap 71 tahun usia negara Indonesia. Saat yang tepat untuk melakukan kontemplasi perjalanan kita sebagai negara-bangsa. Bangsa Indonesia lahir pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928; negara Indonesia lahir kemudian, melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Tak banyak bangsa terjajah yang dengan kesadaran sendiri membentuk dan melahirkan bangsa lengkap dengan bahasa nasionalnya mendahului pembentukan  negaranya.

Negara kita lahir memanfaatkan momentum berakhirnya  Perang Dunia II di mandala Eropa dengan menyerahnya Jerman pada 9 Mei 1945 , yang disusul takluknya  Jepang, sekutu Jerman di Perang Pasifik, pada 15 Agustus 1945. Dua hari kemudian, Indonesia menyatakan kemerdekaan dan menjadi wilayah jajahan negara Eropa pertama yang merdeka setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Suatu langkah berani yang dibayar amat mahal karena melawan kesepakatan negara-negara besar pemenang Perang Dunia II untuk memulihkan kedaulatan negara-negara Eropa di wilayah-wilayah jajahannya di Asia dan Afrika. Hanya Indonesia yang berani melakukan hal itu.

Belanda dan sekutu berharap, Indonesia berlaku sama dengan koloni negara-negara Eropa di Asia lainnya yang  menggelar karpet merah untuk pulihnya kekuasaan kolonial atas dirinya. Begitulah, Inggris kembali berkuasa atas  Malaysia, Singapura, Kalimantan Utara, dan Myanmar. Perancis kembali ke  Vietnam, Kamboja, Laos; dan Amerika Serikat ke Filipina. Politik kooperatif juga dianut elite politik India yang memilih bekerja sama dengan Inggris selama Perang Dunia II, yang kemudian diberikan kemerdekaan pada 1947.

Indonesia memilih bertempur melawan kekuatan tentara Sekutu yang akan mengembalikan Indonesia menjadi jajahan Belanda. Puncaknya pada 10 November 1945 di Surabaya, sebanyak 30.000 tentara Sekutu asal Inggris bersenjata lengkap yang diboncengi NICA (Nederlandsch IndiĆ« Civil Administratie/Netherlands-Indies Civil Administration)  datang dengan mandat internasional untuk melucuti tentara Jepang dan mengembalikan Hindia Belanda. Mereka tak menduga mendapati perlawanan demikian heroik, wujud tekad besar bangsa Indonesia untuk merdeka.

Melalui perjuangan yang berliku di segala medan politik diplomasi dan militer, revolusi kemerdekaan Indonesia tuntas kita menangkan dengan pengakuan kedaulatan pada 29 Desember 1949, atau empat tahun empat bulan setelah proklamasi kemerdekaan.

Indonesia di panggung internasional

Pada periode tahun 1950-an, di panggung politik internasional, Indonesia sangat terpandang. Kemerdekaan  Indonesia memberi inspirasi kepada banyak bangsa terjajah di Asia dan Afrika untuk merdeka. Kemudian, Indonesia mengonsolidasikan Asia Afrika melalui Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Lalu menjadi motor lahirnya Gerakan Nonblok di tengah dunia yang diimpit dua blok kekuatan adidaya pimpinan Amerika dan Rusia.

Pada awal tahun 1960-an, Indonesia berhasil menumpas berbagai pemberontakan di dalam negeri. Pada tahun 1963 berhasil menyatukan seluruh wilayah negara Proklamasi dengan kembalinya Irian Barat (sekarang Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) ke pangkuan Ibu Pertiwi melalui jalan diplomasi dan tekanan militer. Antara tahun 1960 dan tahun 1966, Indonesia diperhitungkan  sebagai kekuatan strategis yang memainkan peranan dalam keseimbangan militer global. Dengan TNI yang memiliki banyak jenis alat utama sistem persenjataan (alutsista) paling canggih di zamannya, seperti 12 kapal selam dan armada pesawat pengebom strategis TU-16, Indonesia dinobatkan sebagai negara terkuat di belahan bumi selatan.

Lalu, di era Orde Baru, awal 1970-an, menjadi negara berkembang terdepan dalam pemanfaatan teknologi satelit. Menjadi negara keempat di dunia yang menggunakan satelit untuk keperluan telekomunikasi setelah Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Kanada.

Di bidang ekonomi, pada era Orde Baru, berhasil meraih pertumbuhan ekonomi, rata-rata 7 persen per tahun selama 30 tahun. Indonesia digolongkan sebagai macan Asia dan siap menjadi negara industri baru seperti Korea Selatan dan Taiwan.

Prestasi besar   warisan pemerintahan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto adalah   konsepsi negara kepulauan. Indonesia adalah negara kepulauan (archipelago) terluas di dunia. Perjuangan tanpa lelah selama 25 tahun sejak Deklarasi Djuanda pada tahun 1957 hingga keputusan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) 1982 membuat Indonesia tanpa sebutir peluru pun berhasil memperluas luas wilayah kedaulatan lautnya dari 370.000 kilometer persegi menjadi 4,5 juta kilometer persegi.

Pengakuan konsepsi negara kepulauan oleh UNCLOS  merupakan sumbangan Indonesia yang amat berharga bagi dunia berupa kepastian hukum internasional  pada negara kepulauan,  seperti Inggris, Jepang, dan Selandia Baru.

Era Reformasi, yang berjalan sejak 1998, telah menjadikan kita negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India. Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilu parlemen 1999, 2004, 2009, 2014, serta Pemilu Presiden 2004, 2009, dan 2014 dengan damai dan pemilihan langsung presiden, gubernur, bupati, wali kota, dan para wakilnya; suatu prestasi yang luar biasa. Kita bisa mengklaim bahwa di bidang politik pada waktu ini kita mengalami demokratisasi yang sangat maju.

Ketika berbagai gejolak politik  internasional meruntuhkan  Uni Soviet dan negara-negara komunis satelitnya serta perpecahan dan kekacauan di Etiopia, Somalia, Rwanda, Afganistan, Irak, Suriah, dan Libya, kita berhasil selamat, meski banyak analis internasional memperkirakan Indonesia akan  bernasib sama dengan Yugoslavia atau seperti India-Pakistan-Banglades.

Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, kita dalam kondisi yang sangat stabil jika dibandingkan dengan  negara-negara mayoritas Muslim lain, seperti Pakistan, Afganistan, Irak, Suriah, Libya, Yaman, Sudan, serta banyak lagi di Timur Tengah dan Afrika. Ini karena faktor kultural, di mana penduduk Muslim di Indonesia jauh lebih toleran bukan hanya terhadap non-Muslim, melainkan juga terhadap banyak aliran dalam Islam sendiri. Letupan-letupan intoleransi yang terjadi di beberapa daerah dilakukan oleh sekelompok amat kecil Muslim yang ditengarai berkultur Timur Tengah.

Telah banyak prestasi besar yang kita raih sebagai negara-bangsa. Perjalanan politik sebuah bangsa besar memang selalu diwarnai peristiwa-peristiwa besar  dan bahkan tragedi; Amerika Serikat melewati perang saudara, Rusia melalui 80 tahun eksperimen negara komunis yang gagal. Proses membangun bangsa adalah proses yang terus-menerus, tanpa akhir. Catatan sejarah di atas adalah bekal kita untuk menghadapi tantangan masa kini dan terus berusaha sekuat tenaga memajukan negara-bangsa kita di segala bidang.

Sosial-ekonomi dan militer

Di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat, kita juga mengalami kemajuan. Masalahnya, banyak negara maju lebih pesat sehingga relatif kita menjadi tertinggal.

Usia suatu negara juga tidak selalu berkorelasi dengan kemajuan sosial-ekonomi penduduknya. Menurut data dari International Statistics at NationMaster.com, produk domestik bruto (PDB) per kapita pada 1950, Indonesia yang merdeka tahun 1945 adalah 874 dollar AS, sementara Tiongkok yang merdeka 1 Oktober 1949 adalah 614 dollar AS, dan India yang merdeka 15 Agustus 1947 adalah 597 dollar AS; India dan Tiongkok tertinggal dari Indonesia.

Namun, dibandingkan dengan Tiongkok dan India hari ini, Indonesia tertinggal. Meski separuh masyarakatnya masih tergolong miskin, Tiongkok dan India sudah meraih profil sebagai negara maju. Tiongkok dan India sukses membangun kemandirian bangsanya berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara fisik diwujudkan antara lain dalam mobil, traktor dan aneka mesin pertanian, kereta api, bus, komputer, persenjataan canggih, telepon genggam,  barang-barang elektronik, dan lain-lain buatan bangsa sendiri.   

Dalam teknologi militer, termasuk nuklir, Tiongkok dan India  telah sangat maju. Tiongkok sudah menguasai teknologi produksi pesawat tempur generasi kelima yang tercanggih,  dan bulan lalu menggelar uji coba rudal balistik berhulu ledak nuklir berkecepatan hipersonik, yang dapat menjangkau sasaran sejauh 12.000 kilometer hanya dalam waktu 30 menit. India juga punya kekuatan militer yang setara dengan Tiongkok, berupa ribuan tank tempur,  jet tempur  generasi terbaru , dan kapal selam yang mampu melontarkan rudal nuklir dari dalam laut, berjangkauan 10.000 kilometer, dan dua kapal induk.

SISWONO YUDO HUSODO

Ketua Yayasan Pembina Pendidikan Universitas Pancasila

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Agustus 2016, di halaman 6 dengan judul "Indonesia yang Membanggakan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger