Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 27 Agustus 2016

Pembusukan Politik Amerika (R WILLIAM LIDDLE)

Donald Trump adalah capres partai besar yang paling berbahaya dalam kehidupan saya, mungkin sepanjang sejarah Amerika," kata David Nierenberg, mantan ketua panitia keuangan Mitt Romney, capres Partai Republik pada 2012.

"Watak, temperamen, dan perilakunya sama sekali tidak presidensial. Ia memuji para diktator dan bertindak sendiri selaku seorang diktator. Mengalahkannya harus menjadi prioritas nasional utama kita."

Nierenberg, investor kawakan yang kini mengaku nonpartisan, berbicara setelah Trump mengangkat Stephen Bannon sebagai CEO kampanyenya minggu lalu. Bannon adalah pengasuh laman breitbart.com yang terkenal nasionalis populis, dalam pengertian membela privilese kaum putih kelas menengah bawah yang konon terancam oleh rongrongan berbagai minoritas, termasuk orang hitam, Hispanik, dan Yahudi. Situs itu juga suka menciptakan serta menebarkan teori-teori konspirasi.  Tahun lalu, Bannon sendiri dijuluki "aktivis politik yang paling berbahaya di Amerika" oleh majalah Bloomberg Businessweek.

Terus terang, situs breitbart.com menjijikkan. Baru-baru ini, Presiden Obama dituduh membantu penyebaran Islam radikal di Amerika "melalui kerja samanya dengan Ikhwanul Muslimin", yang seharusnya dilarang, menurut breitbart. Planned Parenthood, organisasi swasta yang melayani keperluan kesehatan wanita, termasuk aborsi, dicap sejahat pemerintahan Nazi Jerman, yang menghabiskan jutaan nyawa. Bill Kristol, kolumnis konservatif ternama yang melawan pencalonan Trump, dicap "Yahudi murtad".  Perempuan yang dilecehkan onlinedisuruh mematikan komputernya dan membiarkan laki-laki menguasai media sosial di internet.

Khususnya perihal Hillary Clinton, capres Partai Demokrat, breitbart sedang menebar desas-desus bahwa ia menderita parkinson, penyakit saraf serius. Huma Abedin, pembantu dekatnya, "kemungkinan besar adalah mata-mata Saudi" serta "punya hubungan tak terbantahkan dengan kaum teroris global".  Surel-surel dari masa jabatan Clinton sebagai menlu "membuktikan bahwa dia bertanggung jawab atas pembunuhan orang- orang Amerika di Benghazi, Libya" pada 2012.

Tentu semua tuduhan itu omong kosong belaka. Dokter pribadinya tahun lalu melaporkan bahwa "kondisi kesehatan Nyonya Clinton termasuk bagus sekali (excellent), layak untuk mengabdi sebagai presiden".  Huma Abedin terlahir di Michigan dan terdidik di Washington, DC.  Orangtuanya berimigrasi dari Pakistan dan India; ibunya, yang meraih S-3-nya di Universitas Pennsylvania, kini mengajar di Jeddah. Senator John McCain, capres Partai Republik 2008, bersitegas bahwa "serangan terhadap Huma tak berharga, tak berbasis, dan tak masuk akal".  Tentang peristiwa Benghazi, The Washington Postmenyimpulkan bahwa "meski ada kesalahan yang dilakukan Departemen Pertahanan dan Luar Negeri, Menlu Clinton sendiri tidak bersalah". 

Kans menipis

Apa maknanya pengangkatan orang sejahat Bannon selaku CEO kampanye capres Republik?  Bagi Trump sendiri, maknanya jelas. Dia ingin menang, tetapi kansnya semakin tipis.  Selama konvensi partainya pertengahan Juli lalu, dukungan terhadap Trump hampir sepadan dengan Clinton. Setelah konvensi Partai Demokrat, satu minggu kemudian, pamor Clinton langsung naik dan citra Trump sekaligus anjlok. Menurut laman tepercaya fivethirtyeight, Clinton kini mengungguli Trump 49-42 persen; menurut The New York Times 43-38 persen. Lebih pokok, persentase suara di sejumlah negara bagian kunci yang dulu dianggap berimbang telah bergeser ke kubu Clinton.

Ternyata, Trump memperkirakan, pendekatan Bannon paling menjanjikan untuk menambah jumlah pendukungnya dalam bulan-bulan terakhir sebelum pilpres November.  Lagi pula, Trump sendiri sudah lama percaya pada (atau bersedia melemparkan) teori-teori konspirasi, terutama kebohongan bahwa Presiden Barack Obama bukan warga negara Amerika sebab lahir di Kenya.

Bagi hampir semua pengamat di luar partai, dan sebagian aktivis Republik, kepercayaan atau kesediaan menggunakan taktik kotor seperti itu berarti Trump tidak memenuhi syarat untuk menjadi presiden. Namun, ia menggondol 13 juta suara lebih dalam pemilihan-pemilihan pendahuluan di partainya di tingkat negara bagian pada paruh pertama 2016. Pemilikan massa itu yang memungkinkannya menjadi capres partainya.  Kiranya tugas Bannon ke depan adalah pengerahan dan pembesaran, sejauh mungkin, massa itu.

Bagi saya sendiri, selaku pengamat serta anggota bangsa Amerika, makna terpenting pengangkatan Bannon adalah pembusukan lebih lanjut salah satu dari dua partai besar kami. Semua orang tahu betapa penting sistem kepartaian yang sehat dalam negara demokratis modern. Tambahan pula, semakin sukar membayangkan kapan kesehatan partai tersebut akan pulih, kecuali jika Trump kalah besar dalam pilpres November.

Keluh tajuk The New York Times: "Pendukung Trump dijanjikan sebuah negara tempat nonwarga, dan anak mereka, terkunci selamanya di luar perbatasan Amerika. Mereka dijanjikan, di dalam tembok baru, pabrik baru tempat semua warga akan membuat barang jadi, berbahasa Inggris melulu, dan menjadi kaya.  Apa yang akan terjadi tatkala mereka tahu bahwa semua itu tidak benar?" 

R WILLIAM LIDDLE

Profesor Emeritus Ilmu Politik Ohio State University, Columbus, Ohio, AS

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Agustus 2016, di halaman 7 dengan judul "Pembusukan Politik Amerika".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger