Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 20 Agustus 2016

TAJUK RENCANA: Mempertahankan Tradisi Emas (Kompas)

Obsesi itu menjadi kenyataan. Medali emas sebagai lambang pencapaian prestasi tertinggi di Olimpiade sudah di tangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Lewat kedua atlet itu, Indonesia memastikan kembali merebut medali emas di Olimpiade. Sejak pertama kali dipertandingkan di Olimpiade 1992, Indonesia selalu mendapat medali emas dari cabang bulu tangkis, kecuali pada Olimpiade London 2012.

Medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 tak hanya menjadikan Indonesia kembali masuk sebagai negara bulu tangkis. Namun, sebagai bangsa kita patut bangga atas prestasi tersebut.

Impian selama empat tahun terakhir terbayar sudah. Indonesia pertama kali mengikuti Olimpiade tahun 1952 di Helsinki, Finlandia. Namun sampai Olimpiade Seoul 1988, keikutsertaan atlet Indonesia masih terbatas sebagai "penggembira".

Olimpiade Seoul membuka lembaran baru ketika tiga pemanah putri, Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani, merebut medali perak di nomor panahan beregu putri. Empat tahun kemudian, Susy Susanti dan Alan Budikusuma menyandingkan dua medali emas di Olimpiade Barcelona 1992.

Ganda putra Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky kembali mempersembahkan medali emas di Olimpiade Atlanta 1996. Tradisi emas itu pun dilanjutkan oleh pasangan Candra Wijaya/Tony Gunawan yang meraih medali emas di Olimpiade Sydney 2000. Taufik Hidayat menambah panjang daftar peraih medali emas di Olimpiade Athena 2004. Medali emas kembali disumbangkan pasangan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan di Olimpiade Beijing 2008.

Kita ikut larut dalam keharuan begitu menyaksikan Tontowi/Liliyana menyudahi perlawanan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dalam dua gim. Tidak sedikit warga kita yang berkaca-kaca menyaksikan keberhasilan ini. Dan, tiba-tiba nasionalisme kita bangkit, apalagi kemenangan itu diraih tepat pada hari kemerdekaan kita, 17 Agustus.

Kita mengapresiasi keberhasilan Tontowi/Liliyana meraih medali emas, dan kita memiliki ganda campuran yang kepada mereka kita dapat berharap banyak, Praveen Jordan/Debby Susanto. Kesinambungan dalam olahraga merupakan keharusan sehingga tradisi meraih medali emas seolah menjadi harga mati yang harus diraih.

Memang, olahraga tak hanya sekadar bertujuan kalah atau menang. Tetapi dengan kemenangan di dunia olahraga, kita dapat menyejajarkan diri dengan negara lain di dunia. Bukankah kemajuan sebuah negara bisa diukur antara lain dari prestasi di bidang olahraganya!

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Agustus 2016, di halaman 6 dengan judul "Mempertahankan Tradisi Emas".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger