Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 03 Agustus 2016

TAJUK RENCANA: Menyikapi Euforia Pasar (Kompas)

Banjir sentimen positif—dipicu prospek program amnesti pajak dan perombakan kabinet— memicu euforia dan kegairahan pasar modal dan pasar finansial.

Euforia ini tecermin dari lonjakan indeks saham (IHSG) yang setelah menembus level 5.000 terus mencatat rekor baru. Sejak awal tahun, IHSG sudah menguat 16,7 persen di posisi 5.361,57 dan diperkirakan terus berlanjut tahun ini, dengan prospek arus deras dana repatriasi yang sekitar 60-80 persen diperkirakan masuk ke pasar modal.

Faktor domestik jadi penyumbang utama sentimen positif bursa meski faktor eksternal—langkah The Fed menahan suku bunga—juga ikut menyumbang aksi beli masif asing di pasar keuangan Indonesia. Penguatan indeks juga ditopang kinerja keuangan korporasi yang cukup impresif.

Rupiah juga terus mengalami penguatan, mendekati Rp 13.000 per dollar AS, kendati otoritas moneter kemungkinan tak menghendaki apresiasi rupiah terlalu cepat agar tak mencederai daya saing ekspor. Sentimen dan kegairahan juga terlihat di pasar Surat Utang Negara, tecermin dari menurunnya imbal hasil dan menguatnya harga.

Cadangan devisa juga menguat. Lebih menggembirakan lagi, kegairahan juga mulai merambat ke sektor riil sejalan realisasi belanja negara dan keyakinan pelaku usaha, yang tecermin dari meningkatnya produksi manufaktur. Membaiknya sentimen bisnis diharapkan juga diikuti menguatnya kepercayaan konsumen yang didukung penguatan daya beli dan stabilnya kurs rupiah serta harga-harga.

Bagaimana kita menyikapi ini? Hendaknya kita jangan terlalu cepat berpuas diri. Selain risiko eksternal—seperti perlambatan ekonomi global, efek Brexit, kebijakan suku bunga AS—yang bisa memicu sentimen negatif, arus masuk dana asing yang menopang penguatan di bursa juga rentan berbalik jika ternyata ekspektasi mereka pada faktor domestik, termasuk kinerja kabinet, ternyata meleset.

Risiko pembalikan sangat besar mengingat investasi portofolio sifatnya jangka pendek dan kepemilikan asing yang sangat besar (sekitar 60 persen di bursa saham dan 40 persen di SUN) yang sewaktu-waktu bisa hengkang.

Bagaimana kita mengapitalisasi dan memanfaatkan momentum banjir likuiditas dan sentimen positif serta menerjemahkannya ke dalam kebijakan yang bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi dan sektor riil, jadi penting di sini. Menghilangkan segala bottleneck, salah satunya.

Kita perlu mengingatkan ini, sebab terkait pelaksanaan amnesti, misalnya, meski animo wajib pajak sangat besar, risiko capaian program tak sesuai harapan sehingga mengancam fiskal masih ada. Di lapangan, masih banyak laporan ketidaksiapan dan pelayanan aparat yang mengecewakan. Belum lagi ketidaksiapan dari sisi aturan teknis.

Kesiapan kelembagaan dan infrastruktur juga tak kalah penting guna mencegah arus masif dana repatriasi dan dana asing agar tak memunculkan gelembung aset. Tanpa kesiapan ini, bukan tak mungkin banjir likuiditas bukan menggerakkan sektor riil, melainkan sebaliknya justru mengancam stabilitas makroekonomi. Saatnya bekerja keras.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Agustus 2016, di halaman 6 dengan judul "Menyikapi Euforia Pasar".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger